Jumat, 02 Maret 2012

Elegi Ekspresi Pandangan Dunia Ilahiah


Elegi yang sedikit banyak menunjukkan tauhid  yaitu: Pandangan Dunia Ilahiah, sekaligus membandingkannya dengan rivalnya, yaitu: Pandangan Dunia Materialisme.
Elegi tersebut  dapat ditangkap maknanya yang menunjukkan betapa besarnya Kebesaran dan Kekuasaan Allah kepada hamba-hamba-Nya, makhluk-makhluk material ini. sedikit banyak elegi tersebut dapat menjadi arah dan sedikit petunjuk menuju keimanan bagi yang mampu menangkap maksudnya, Berikut elegi tersebut:


Kehendak-Ku (Allah) terwujud dengan penciptaan-Ku akan makhluk-makhluk-Ku.
 Kehendak adalah satu di antara ketakterhinggaan sifat-Ku.
Tapi merupakan sifat-Ku yang paling tidak dominan.
Sifat-Ku yang dominan dan mendasari semua sifat-sifat-Ku adalah kebesaran-Ku yang meliputi segalanya dan ketakterbatasan-Ku.
Kebesaran-Ku dan ketakterbatasan-Ku adalah dasar manifestasi semua sifat-sifat-Ku.

Oleh karenanya zat-Ku meliputi seluruh semesta ruang dan keberadaan, sehingga sebenarnya tidak ada itu kekosongan.
Pada hakikatnya terdapat zat-Ku dimanapun dan berada di manapun termasuk di ‘ruang’ yang dalam pandangan indera dan pikiran manusia adalah ruang kosong. 
Oleh karena itu sebenarnya tidak ada itu ruang kosong. 


Hanya saja dalam dunia materi ini, Aku menggaibkan zat-Ku dihadapan indera, perasaan dan pikiran makhluk-Ku. 

Apabila Aku berkehendak zat-Ku untuk gaib maka kehendak manusia untuk mengindera-Ku jelas tak akan mampu terlaksana.
Ibarat orang yang main petak umpet.
Orang tidak tampak oleh si pencari karena bersembunyi.
Aku sengaja bersembunyi karena memang Ku-kehendaki diri-Ku tidak terlihat oleh si pencari. Bagaimana jika Aku yang berkehendak untuk bersembunyi (tak terlihat)?,

Maka kehendak-Ku untuk menggaibkan zat-Ku dari indera dan pikiran manusia berada di atas kehendak, pikiran dan segala usaha manusia untuk melihat zat-Ku. 
Karena Aku mengetahui apa isi, perasaan, pikiran, dan kehendak manusia sebelum kehendak manusia itu menyadari-Ku.
Ibarat kecepatan cahaya pun bagaikan kecepatan yang paling lambat bahkan berhenti, tak memiliki kecepatan dihadapan-Ku.
Cahaya tak mampu menyentuh-Ku.
Ibarat orang berenang yang berpindah di air, air mengalir ke tempat yang telah ditinggalkan oleh orang yang berpindah itu, dan tempat yang dulu ditempati air sekarang ditempati oleh orang itu.
Tapi orang yang berenang itu masih sedikit dapat merasakan air melalui gesekan aliran air dengan tubuhnya.
Air selalu beradaptasi menyesuaikan dengan bentuk sekitarnya.
Tapi udara bisa lebih lembut lagi, udara lebih tidak terasa oleh manusia yang berada di dalamnya.
Tapi bagaimana jika zat-Ku yang menyelimuti segala yang terindera manusia ini?

 Jelas tidak akan mampu dirasakan bahkan tidak hanya oleh indera peraba manusia tapi juga oleh pikiran dan kehendak manusia.
Tapi bahkan tidak seperti itu, Aku lebih dari itu.
Aku tidak seperti udara ataupun air yang memerlukan berpindah.
Tidak mungkin Aku memerlukan berpindah, zat-Ku maha kuasa. 

Berarti hamba-hamba-Ku, kalianlah yang semu.
 Jika kalian berpindah maka kuasa-Ku yang membentukmu di suatu tempat Aku hentikan, dan Aku tampakkan kuasa-Ku untuk menegakkan kalian di tempat lain dimana kalian berpindah. 
Tapi bahkan lebih dari itu, segala bentuk dan makhluk ciptaan serta kehidupannya di alam material atau inderawi ini pada hakikatnya adalah ilusi-Ku.
Yang ter-Gaib menurut indera hamba-hamba-Ku sebenarnya justru diri-Ku, 
Sang Hyang Nyata.
Sedangkan yang tampak antar indera kalian sendiri sebenarnya adalah justru yang tidak nyata.

 Manusia yang mempunyai iman kepada-Ku mampu menyadari keberadaan-Ku walaupun tidak terjangkau oleh indera, perasaan dan pikirannya. 

Sementara yang ingkar kepada-Ku tidak akan percaya segala sesuatu yang tidak terdeteksi oleh indera, perasaan, dan pikirannya.

Senin, 27 Februari 2012

BahasA


Habis belajar  mata pelajaran sejarah  kami dijadwalkan belajar fisika dengan Ibu  Ning, tetapi setelah sepuluh menit  berlalu ibu guru fisika kami itu belum juga nonggol di kelas. Beberapa teman kami sudah mulai keluar masuk kelas dan ada yang berdiri di depan pintu masuk sambil melihat-lihat ke arah ruang majelis guru. Melihat ketidaktertiban itu, Bapak Basyir, guru piket hari itu  tiba-tiba muncul dari arah yang tidak kami duga mungkin beliau dari kelas sebelah  dan beliau langsung masuk ke kelas kami. Melihat beliau masuk semua murid pun langsung duduk dengan tertib. 

“Anak-anak semua, Assalamulaikum warah matullahi wa barakatuh”.
“Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawab kami serentak.
“Pada jam pelajaran ini, Bapak sengaja mampir ke kelas kalian karena ingin berbincang-bincang dengan kalian. Lagi pula pada saat ini Bu Ning guru fisika kalian sedang menghadiri pertemuan dengan  pengawas dari kabupaten. Untuk itu, satu jam ke depan Bapak ingin kalian mendengarkan beberapa opini dari Bapak. Apakah kalian setuju?”
“Ya Pak, setuju”, jawab kami. 

Lalu Bapak Basyir menganguk-angguk dan tampak wajahnya makin berseri karena kami begitu antusias untuk mendengar cerita beliau.
Lalu beliau memulai pembicaraannya.
“Anak-anak Bapak yang Bapak sayangi. Kalian datang ke sini adalah dalam satu tujuan, yaitu dalam kerangka menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik dan berkualitas. Nah, dalam menuntut ilmu itu yang amat utama perannya adalah  bahasa. Dari sekian banyak bahasa yang amat penting yang tidak bisa ditawar-tawar untuk menguasainya ada empat, pertama bahasa daerah, yaitu bahasa ibu kita, kedua bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita, ketiga bahasa Inggris sebagai bahasa sains dan bahasa international, dan keempat bahasa Arab bahasa agama dan bahasa untuk beribadah bagi kita kepada Allah swt. 

Pertama, bahasa daerah harus kita kuasai karena dengan bahasa daerah kita dapat mengetahui dan memahami budaya nenek moyang kita.  Oleh karena itu, pandai berkomunikasi dengan bahasa daerah itu perlu karena dengan pandai berbahasa daerah  seseorang akan mampu mewujudkan aspek kemasyarakatannya secara sosial budaya di daerahnya. Lucu juga nantinya kalau kita seorang anak Minangkabau tetapi tidak pandai berbahasa Minang. Umpamanya, kita sekolah ke Jakarta lalu teman kita bertanya, “Kamu dari daerah mana?” Lalu kita jawab dari Padang. Lalu katanya, “Orang Padang pintar berpantun dong ayo tunjukkan pada kami!” Nah, kalau kamu tidak bisa  kan malu-maluin kan? Makanya, biasakan berbahasa daerah di rumah dengan petatah-petitih dan kalau dapat dengan pantun-pantunnya yang bisa dipelajari dari orang tua kalian. 

Kedua, bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia kalau yang ini sudah harus dikuasai mau tidak mau. Nah, kalau dapat berbahasa Indonesia sampai mahir dalam empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan  menulis. Hari ini kalian sudah mahir berbicara dengan bahasa Indonesia selajutnya harus terampil membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.  Berbicara jadi lancar karena latihan terus dan digunakan terus, Bapak yakin kalau kalian rajin menulis dalam bahasa Indonesia kalian juga akan terampil menulis dan nanti menjadi penulis yang baik. Ingat, semua aktivitas sebagai seorang modern tidak akan lepas dari  empat keterampilan itu, dan orang yang hanya bisa bicara akan lebih rendah kadar intelektualnya dibanding orang bisa menulis.  Untuk selanjutnya boleh ditanyakan kepada guru bahasa Indonesia kalian. 

Ketiga, bahasa Inggris  sebagai bahasa internasional dan sekaligus bahasa ilmu pengetahuan mesti dikuasai. Saat ini tidak diragukan lagi bahwa bahasa yang paling banyak dipakai orang diplanet ini adalah bahasa Inggris. Di Eropa, di Amerika, di Autralia, di Afrika, dan di Asia banyak negara yang menjadikan bahasa itu sebagai bahasa negara mereka, dan bahkan bahasa sehari-hari.  Bahasa Inggris sudah tidak asing lagi  bagi mereka dan bahasa ini adalah bahasa dunia, bahasa internasional. 

Kendala yang paling utama bagi rakyat Indonesia dalam pergaulan internasional karena tidak menguasai bahasa Inggris. Sewaktu Bapak kuliah hampir seluruh buku referensi perkuliahan berbahasa Inggris karena ilmu pengtahuan tersedia luas dalam tulisan berbahasa Inggris. Nah, teman-teman  yang tidak menguasai bahasa Inggris amat kerepotan dalam memahami materi perkuliahan. Oleh karena itu, Bapak ingatkan kepada kalian jangan sepelekan bahasa Inggris. Kalian mesti  berusaha keras untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris itu dan jangan ada lagi dari kalian yang tidak menyokong jika ada teman yang mau berbahasa Inggris dengan kalian.  

Belajar dan berlatihlah dan nanti suatu waktu kita adakan perlombaan pidato dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya. Kalian setuju?
“Ya Pak, kami  setuju sekali, kami akan coba!”

“Baiklah Bapak lanjutkan. 
Yang keempat, bahasa yang harus dikuasai adalah bahasa agama kita, yaitu bahasa Arab. Kitab suci kita diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw.  dalam bahasa Arab. Kita shalat untuk menghambakan diri kepada Allah dengan bahasa Arab. Kita diwajibkan haji  ke Mekah dan di sana saudara-saudara kita berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Jika kita tidak bisa berbahasa Arab maka kita akan asing dengan saudara kita itu dan bahkan dengan agama kita sendiri. 

“Coba pikirkan, bagaimana kita bisa shalat yang khusuk kalau kita tidak mengerti  bacaan dalam shalat. Kita juga tidak akan dapat pemahaman dan petunjuk jika membaca Al-Quran, ya tidak mengerti maknanya. Oleh karena itu, mengerti bahasa Arab amat urgen bagi kita sebagai orang yang beragama. Nah, kalian juga kan  sudah mendengar bahwa nanti di akhirat khabarnya bahasa yang dipakai adalah bahasa Arab? Oleh karena itu, orang-orang yang bisa berbahasa Arab tidak akan rugi di dunia dan di akhirat.”

Jadi, anak-anakku bahasa kalau diumpamakan bagaikan anak kunci yang digunakan untuk membuka gudang ilmu, agama, dan budaya , sedangkan semuanya itu diikat dan dikembangkan pula dengan bahasa.  Tanpa menguasai bahasa, kita tidak bisa membuka gudang ilmu, agama, dan budaya, lalu tidak bisa melepaskan ikatannya, dan tidak bisa mengembangkannya dan menguasainya. Bahasa dan ilmu bagai  satu benda dengan dua sisi seperti mata uang,  di satu sisinya bahasa dan di sisi lainnya ilmu.  Tanpa menguasai bahasa maka susah menguasai ilmu. 



Kalian tentu bisa membayangkan, entah bagaimamana jadinya jika kita tidak bisa berbahasa Indonesia hari ini tentu kita tidak bisa belajar dan mengajar ilmu.  Begitu juga dengan bahasa yang kita bicarakan tadi. Mari kita tingkatkan kegairahan kita belajar bahasa apapun karena hampir semua kebutuhan dan kegiatan kehidupan kita komunikasikan dengan bahasa.  

O ya, perlu dicamkan tanpa ilmu derajat seorang tidak bisa ditingkatkan, bahkan suatu negeri yang tidak mengahargai ilmu tidak akan maju-maju. Ingatlah anak-anakku, kalau negeri ini mau maju  bersama kalian, ilmu harus dikuasai dan kuncinya adalah bahasa. Bapak senang mendengar di kota-kota sudah ada sekolah bertaraf internasional (SBI) yang menggunakan bilingual atau multibahasa. Ini menunjukkan kemajuan yang menggembirakan bagi bangsa kita ke depan. Mudah-mudahan sekolah kita suatu waktu juga demikian. Berdoalah untuk itu.

  
O ya, bel istirahat  sudah berbunyi, lain kali kita sambung dalam bentuk diskusi yang lebih hangat. Selamat istirahat anak-anak. Assalamulaikum warah matullahi wa barakatuh”.

Teman-teman sudah mulai keluar dan aku masih tercenung setelah mendapat pencerahan Bapak Basyir. Benar juga katanya, Aku telah menguasai bahasa daerah tapi belum pandai berpantun dan berpetatah petitih, aku telah menguasai bahasa Indonesia tapi aku belum pernah menulis cerita dalam bahasa Indonesia apalagi dalam media massa, aku belum bisa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris ketika bule lewat di depan rumahku meskipun ia sering senyum padaku, aku tak berani menyapanya. Aku ya belum paham bahasa Arab yang dengannya aku shalat untuk menyembah Tuhan semesta alam.  Aku hanya membaca tapi aku tidak memahami.  Ya, insyalah aku akan belajar lebih keras tentang bahasa-bahasa itu, dan berlatih dimanapun ada kesempatan. 

Aku ingat pula pesan Bu Salma guru bahasa Inggrisku, katanya unit penting dari bahasa adalah kata, dengan kata-kata di susun kalimat, maka orang yang bisa membuat kalimat adalah orang yang menguasai kata-kata. Inti belajar bahasa ya menguasai kosa kata dan latihan, ya kan?  



Thank berat Pak Basyir. Thank setinggi-tinnginya buat semua guruku. Semoga Allah membuatkan rumah untukmu di surga. Aamiiin.

Minggu, 26 Februari 2012

Wahai Manusia


Terjemahan Al-Quran Surah An-Nisaa

Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan istrinya;
dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
(1)
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu,
maka berimanlah kamu,
itulah yang lebih baik bagimu.
Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun)
karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.
Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(170)
Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam,
dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya
dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
(171)
Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah
dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
(172)
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shaleh,
 maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka
dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya.
Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri,
maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih,
dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong
selain daripada Allah.
(173)
Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,
(Muhammad dengan mukjizatnya)
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).
(174)
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah
dan berpegang kepada (agama)-Nya,
niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga)
dan limpahan karunia-Nya.
Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
(175)