Selasa, 26 April 2011

Pokok-Pokok Kebaikan



POKOK-POKOK KEBAJIKAN
(Terjemahan Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 177)

BUKANLAH MENGHADAPKAN WAJAHMU KE ARAH TIMUR DAN KE BARAT ITU SUATU KEBAIKAN,
AKAN TETAPI SESUNGGUHNYA
KEBAIKAN ITU IALAH BERIMAN KEPADA:
ALLAH,
HARI KEMUDIAN,
MALAIKAT-MALAIKAT,
KITAB-KITAB,
NABI-NABI;
dan
MEMBERIKAN HARTA YANG DICINTAI KEPADA: KERABATNYA,
ANAK-ANAK YATIM,
ORANG-ORANG MISKIN,
MUSAFIR YANG MEMERLUKAN PERTOLONGAN,
 ORANG-ORANG YANG MEMINTA-MINTA;
dan
MEMERDEKAN HAMBA SAHAYA;
MENDIRIKAN SHALAT;
MENUNAIKAN ZAKAT;
DAN ORANG-ORANG YANG MENEPATI JANJINYA 
APABILA IA BERJANJI;
DAN ORANG-ORANG YANG SABAR
DALAM KESEMPITAN,PENDERITAAN,DALAM PEPERANGAN,
MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG BENAR IMANNYA
DAN MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG BERTAKWA


KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anu-gerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35: 29-30)
Telah disebut dari Usman bin Affan ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(Riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari dalam shahihnya)
Diriwayatkan daripada Aisyah ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan Nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim Al-Qusyaiy An-Nisabury dalam dua kitab Shahih mereka. (r. Bukhari & Muslim)
Diriwayatkan daripada Abu Musa Al-Asy’aru ra, katanya: rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.”
(Riwayat Bukhari & Muslim)
Diriwayatkan dari Umar bin Al-Kattab ra, bahwa Nabi saw bersabda: Terjemahan: “Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya. (Riwayat Bukhari & Muslim)
Diriwayatkan daipada Abu Umamah ra, katanya: Aku medengar Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)
Diriwayatkan dari pada Ibnu Umar ra, dari pada Nabi saw Baginda Bersabda: Terjemahan: “Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt Kitab Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
Telah disebut pula dari Abdullah bin Mas’ud ra dengan lafaz: Terjemahan: “Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua macam orang: yaitu orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia membelanjakannya dalam keperluan yang benar. Dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt hikmah (Ilmu), kemudian dia memutuskan perkara dengannya dan mengajarkannya.”
Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas’ud ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (Riwayat Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi dan katanya: hadits Hasan Shahih)
Diriwayatkan daripada Abu Said Al-Khudri ra daripada Nabi saw Baginda bersabda, Allah berfirman: Terjemahan: “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan Menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.
Dan keutamaan kalam (firman) Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi dan katanya: hadits hasan)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi dan katanya: hadits hasan sahih)
Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amrin Ibnul Ash ra dari pada Nabi saw bersabda: Terjemahan: “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I, Tirmidzi berkata, hadits hasan sahaih)
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Terjemahan: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Ad-Darimi meriwayatkan dengan isnadnya dari Abdullah bin mas’ud daripada Nabi saw: Terjemahan: “Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”

Diriwayatkan dari Abdul Humaidi Al-Hamani, katanya: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

“Kepada orang suka berjamaah di rumah ibadah membaca Al-Quran secara bergiliran dan mengajarkannya akan turun kepadanya ketenangan dan ketentraman, akan terlimpah kepadanya rahmat, dan mereka akan dijaga oleh malaikat, dan Allah akan selalu mengingat mereka (Diriwayat oleh Muslim dari Abu Hurairah)Alangkah beruntungnya orang yang membaca dan mengamalkan Al-Quran, untuk itu mari kita baca Al-Quran di rumah, di masjid, dan di mushalla. Kita luangkan waktu untuk  itu dan kita ajar keluarga kita membacanya. Semoga Allah membuka hati kita untuk selalu membaca, mengamalkan, mengajarkan, dan mencintai Al-Quran. Semoga Allah meridhai kita dan kita pun ridha kepada Allah. Aamiiin. 

Kisah Pengakuan Iblis Laknatullah Alaih Menggoda Manusia


Terjemahan:
Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal radhiallahanhu dari Ibn Abbas radhiallahanhu berkata:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman salah seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”
Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “Itu adalah Iblis terkutuk, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.
Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah membe-rinya kesempatan hidup hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ke sini, maka pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan apa yang ia ceritakan.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, matanya terbelah ke atas, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.
Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad.  Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad SAW sambil menun-dukkan diri dan memberitahu kepadanya tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun beban yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”
---Orang yang dimusuhi Iblis--
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang Alim dan wara’ (menjaga diri)”
“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”
“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain.”
“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”
” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”
“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempat yang halal, dan mengeluarkannya juga ke tempatnya.”
“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”
“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti lari.”
“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.
“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)
---Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis---
“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umat-ku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”
“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”
“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”
“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”
“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah di atas api.”
“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”
“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”
“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”
“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”
“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam-diam.”
“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”
“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”
“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis pengajian para ulama.”
---Cara-cara Iblis---
“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”
“Dimanakah kau menaungi anak- anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”
---Kawan dan anak Iblis---
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”
“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”
“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”
“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”
“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”
“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”
“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”
“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umat-ku dan menyengsarakanmu.”
Iblis segera menimpali: “Tidak, tidak. .. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tidak bisa melihatku. Demi yang mencip-takan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa orang-orang yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. “
“Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. “
“Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”
 “Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 setan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanita – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan menggoda  orang zuhud.
Aku punya anak bernama Atamah yang suka mengen-cingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. Tanpa mereka, manusia tidak akan mengan-tuk pada waktu shalat berjamaah.
Aku punya anak (Kuhyal) yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang men-dengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.
Aku punya anak (Mutaqadhi) yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.
Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan setan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang tertarik memandanginya.”
Setan juga berkata, “Keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu setan pun menghiasi kukunya.
“Mereka, anak-anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku,
barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya.
Sumpah dusta adalah kegemaranku.
Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.
Kesaksian palsu  kegembiraanku.
Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata –kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadilah semua anak nya-- anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur-ulur shalat. Setiap ia hendak ber-diri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia menundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkan kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkan-ku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’
Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul. Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepala-nya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam. Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.
Jika ia berhasil mengalahkan-ku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, setan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan iapun semakin taat padaku.
Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggal-kan shalat, aku katakan kepadanya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’
Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu. Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”
---Permintaan Iblis---
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam” 
“Apa saja?”
“Aku minta agar Allah mem-biarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman,“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada setan.
Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quran-ku.
Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.”
Allah berfirman,“Orang-orang boros adalah saudara-saudara
setan. ” (QS Al-Isra : 27).
“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia semen-tara mereka tidak bisa melihatku.
Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan dengan hal itu aku bangga hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikit-pun, aku hanya bisa membisikkan dan menggoda. Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Aku hanya  menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara. Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat : “Jikalau Tuhanmu meng-hendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa ber-selisih pendapat kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanmu.” (QS Hud :118-119) kemudian juga membaca, “Sesungguhnya ketentuan Allah itu suatu ketentuan yang pasti berlaku” (QS Al-Ahzab: 38)
Lalu Beliau berkata kepada Iblis, “Wahai Abu Murrah (Iblis), apakah engkau masih mau bertobat dan kembali kepada Allah, sementara saya menjaminmu masuk surga.”
Iblis lalu menjawab:“Wahai Rasulullah, takdir telah ditentukan dan Qalam telah kering dengan apa yang terjadi i hingga hari Kiamat. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin pendu-duk neraka. Aku si celaka yang terusir. Ini adalah akhir dari yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku mengatakan sejujurnya.”*******
--------------------------------------
Saudara pembaca, kita berlindung kepada Allah  dari tipu daya  Iblis yang terkutuk dan dari sekutunya. Karena Allah telah berfirman yang artinya:
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan?
Sesunguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. 
Dan hendaklah  kamu menyembah-Ku (Allah) itulah jalan yang lurus. “(QS Yasin: 60-61)
“Hai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu ditipu oleh setan sebagaiman ia telah telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari sorga  (Adam dan Hawa), ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepadanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.  Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raf:27)
 “Dan jika kamu ditimpa godaan setan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-A’raf:200)
 


Kata Cinta

         Kata Cinta adalah kata yang sering diproduksi oleh lisan kita yang kemudian memenuhi berbagai  ranah di dunia. Karenanya kadang kala kata cinta menyentuh pendengaran kita lalu meresap ke rasa atau terkilas pada apa yang kita baca lalu terbayang-bayang di ruang mata. Kata cinta mewarnai hidup kita dengan berbagai  ragam rupa, terlepas kita penting atau sekedar sedikit tahu akan hakikatnya. Atau hanya sekedar untuk berguman saja; lalu kita pun sadari ada kata, aku mencintaimu,  aku mencintai kedua orang tuaku, aku mencintai istriku, suamiku, aku mencintai keluargaku, saudaraku, aku mencintai diriku, atau aku mencintai yang berarti bagiku. Terkadang kita temukan kata cinta di rumuskan orang bijak, ia menyatakan cinta lebih intens, dengarlah sebagian kata mereka tentang petuah cinta, “belumlah seseorang dikatakan baik sebelum ia mencitai pasangannya atau orang lain sebagai mencintai dirinya sendiri”. Sebaliknya ada yang secara sederhana melantunkan cinta seperti para remaja yang sedikit mengelikan, katanya  “cinta oh cinta karena cinta badan sengsara”, atau ada lagi remaja yang merasakan gejolak kedewasaan lalu mencoba mengatakan “aku cinta dia’. Eeh… kok tiba bisa cinta.  Kata cinta memang milik semua, baik  insan yang tua,  yang muda,  yang remaja, dan yang baru hadir di dunia.  
            Kata cinta melayang-layang di pikiran, dibawa angan-angan, terbang bersama dengan impian, lalu keluar melalui tuturan.  Karenanya dalam keseharian mulai dari bangun pagi hingga tidur kembali orang-orang terlibat dengan kata cinta. Karenanya juga, ada yang sungguh-sungguh menyatakan kata cinta dan mengharapkan kehadiran kata cinta. Jangankan kehilangan kata cinta lupa sesaat saja rasanya tidak tega, oh cinta. Lengah sekejap mata dari cinta terasa lama terpaling dari asa. Sebaliknya ada pula yang kehilangan kata cinta, dan berkata “pupus sudah cintaku padanya”, “cintaku diujung tanduk”, “cinta ditolak dukun bertindak”. Ah gawat karena cinta orang bisa tega. Di sisi lain, kata cinta datang dan pergi, cinta lalu lalang bagai orang-orang yang juga datang dan pergi di dunia ini. Ada yang mendapat cinta, ada yang kehilangan cinta, ada yang mendamba dan mengharap cinta, dan ada yang membuat cinta jadi suatu yang biasa-biasa saja. Atau ada yang saking perlunya dengan kata cinta ia namai anaknya sekaligus dengan “Cinta”.
            Seberapa pentingkah cinta itu dalam hidup ini hingga orang-orang harus dan harus  saling mencinta. Benarkah hidup tanpa cinta bagai  makan sayur tanpa garam, hambar dan tidak berasa.  Atau benarkah hidup dengan cinta bagaikan rumah serasa surga? Dalam hati kita tahu jawabannya betapa pentingnya cinta. Namun yang lebih penting dan mendasar cinta tidak boleh tidak mesti ada dalam hidup dimana saja dan kapan saja. Hidup dengan cinta adalah hidup yang bermakna.
Raihlah cinta maka kita akan merasakan makna cinta, rasa cinta, dan nikmat cinta. Tetapi yang terkadang sulit diterang adalah menerangkan rasa cinta, sehingga orang-orang yang bertanya tentang rasa cinta tidak akan puas diceritakan tanpa merasakannya. Ya, bagaimana menceritakan rasa cinta jika menceritakan enaknya teh manis yang nyata saja sudah tidak  gampang menjelaskannya. Baiknya Anda saya sodori teh manis dan lalu Anda coba sendiri lalu Anda akan menyatakan pada saya rasanya. Uiih …enaak tenan! O.. meski hanya dengan tiga kata terasa juga unkapan rasa itu. Nah, terus terang saja saya tidak bisa menyuguhi Anda cinta, jika kita akan merasakan cinta berusahalah dan berjuanglah untuk mencintai dan tentu kita akan merasakan cinta.
Oh ya, jika sebaliknya, Anda katakan ah ini biasa-biasa saja! Kalau saya mengatakan teh tadi enak dan Anda juga mengatakan enak berarti alat cerap kita sama kondisinya, tetapi jika Anda mengatakan tidak enak atau biasa-biasa saja,  ini lidahnya mungkin lagi ada ganguan. Nah, ganguan-ganguan  itulah kiranya yang menjadikan Anda berbeda rasa. Relevan dengan itu, ganguan pada piranti cinta juga menjadikan cinta suatu yang  biasa-biasa saja di samping yang banyak orang yang urgen dengan cinta.
            Aku ingat Covey yang menyatakan, cinta bukan urusan kata sifat tetapi cinta adalah kata kerja.  Apa bedanya kata kerja dengan kata sifat dalam urusan kata cinta? Kata kerja atau verba cinta menunjukkan pekerjaan, aksi, dan perjuangan sedangkan kata sifat lebih berurusan dengan perasaan dan emosi. Sebagai kata kerja cinta merupakan buah dari  kerja dan usaha lalu menjadi suatu yang hadir dalam perasaan cinta. Orang yang telah berusaha dan berjuang untuk sesuatu lalu mencintai sesuatu itu sepenuh hati. Misalnya kaum ibu amat mencintai anaknya, itu merupakan konsekwensi tidak terpisahkan dengan perjuangan hidup untuk anaknya. Untuk anak tercinta sang ibu rela dan ridha  hamil, melahirkan, dan menyusui yang telah dilaluinya  dalam  penderitaan dan sakit yang berat tetapi tetap senang. Susah, payah, dan rela menyatu dalam dirinya. Demi semua perjuangannya itulah makanya ibu begitu erat kaitan emosi cintanya dengan anaknya.  Bagi seorang ibu  mencintai anak merupakan suatu yang telah melalui proses perjuangan dan pengusahaan sehingga kita yang  menjadi orang dicinta ibu kita. Perjuangan itu tidak sampai hanya di sana bahkan bersama ayah kita, ibu terus merawat dan mendidik kita. Cinta ibu pada kita cinta yang berakar dalam perjuangan dan harapan supaya kita jadi orang.  Jadi hamba Tuhan yang mengambdi pada-Nya. Cinta orang tua  tanpa henti bahkan sepanjang jalan dan sepenuh harapan yang diimpikan mereka.
Seandainya tanpa cinta, lalu sang ibu membuang bayi ke tong sampah selagi  bayi bagaimana pikiran kita kalau bayi itu adalah kita? Apakah yang akan kita katakan tentang cinta? Ya, memang ada ya cinta simalakama, dan telah tersebar berbagai berita   ada cinta serba salah. Tak diduga dan tak dikira ada kenyataan lain yang tidak bisa diterima dalam hidup ini sehingga cinta menjadi merasa salah untuk terus mencintai dan merasa bersalah untuk terus bersama. Lalu ia tutup mata terhadap cinta dan yang salah lah melangkah dan terus bersalah. Jika mereka salah karena melalui cara yang salah maka kita adalah orang yang teramat beruntung telah mendapatkan ibu yang melalui jalan benar sehingga lebih benar cintanya dan lebih manfaat kepada kita. Terima kasih ibu, bagiku tidak ada orang yang bisa menggantikanmu dalam mengandung, melahirkan, dan membesarkan. Terima kasih ibu dan Tuhan-pun menyuruh agar kami berbakti padamu.
Cinta tidak cukup hanya usaha dan perjuangan saja tetapi yang lebih penting dan menjamin adalah dasar dan jalan yang menjadikan cinta lewat dengan aman dan tidak terusik oleh angan-angan usil lainnya. Maka bagi kita menjaga cinta di rel yang benar adalah keharusan. Jangan sembarangan dan bermain-main api dengan cinta. Nanti terbakar api cinta di lorong yang gelap. Gosong lalu tidak berupa.  Baiknya, mari kita renungkan kata cinta yang tidak sembarangan, yaitu cinta yang membawa kehormatan, keselamatan, dan kedamaian yang hakiki.  
            Bila kita merenungkan hakikat cinta mesti ada pembandingnya. Untuk itu, sekarang lihat kalung emas yang mempesona dan betapa bertambah  indahnya bila dipakai oleh yang empunya. Keindahan kalung makin menambah kecantikan si pemakainya dan begitu pula sebaliknya. Apakah cinta juga begitu? Ya, tentu saja bisa kita persoalkan cantiknya kalung dan pemakainya demi yang kita maksudkan membandingkannya dengan cinta. Bila kalung tergantung di bagian  luar dada maka cinta tergantung di balik dalam dada. Maka keduanya kita samakan saja, keduanya menjadi mutiara perhiasan yang berharga bagi hidup kita. 
Dari persamaan ini maka kita telusuri keindahan kalung emas itu yang diciptakan oleh tukang pandai emas melalui proses yang panjang. Bermula dari biji-biji emas lalu dilebur dengan api lalu dibentuk dan ditempa dengan paksa sehingga menjadi lentur lalu dibentuk sesuai disain yang diinginkan dan kemudian disepuh dalam api dan akhirnya terwujudlah sebuah kalung yang cantik. Rupanya indahnya emas yang jadi kalung telah melalui proses yang penuh lika-liku susah dan sulit. Bandingkanlah dengan pembentukan cinta! Ya juga tentu sama, cinta harus dikumpulkan dari biji-bijinya atau bagian-bagiannya yang kecil lalu disusun menjadi suatu bentuk yang besar dan memadai lalu didesain sesuai dengan pola yang kita inginkan. Kadang pencinta disakiti dan terampas hatinya pada kerisauan dan kegalauan. Kadang si pencinta dicela. Tetapi pejuang cinta terus mewujudkan bentuk cintanya dan memperjuangkannya hingga  terwujud sesuai keinginan. Ketika cinta ada maka datang pengakuan dari orang yang dicinta ‘ini benar-benar cinta’.  Dalam hal begitulah cinta dilihat wujudnya dan kita merasakan manisnya cinta dan orang yang  memberikan pernyataan dirasakan benar keberadaannya.  Maka cintanya bukanlah hanya lip servis tapi cinta yang berakar dalam dan menjulang tinggi serta tahan uji. Bahkan tanpa diucapkan dapat dirasakan apalagi dikatakan tambah menambah membahagiakan.
            Maka sejatinya, percaya atau tidak percaya, cinta adalah buah dari usaha dan perjuangan di jalan yang benar. Ibu kita melahirkan lalu mencintai kita adalah contohnya, nah bagaimana dengan kita? Akan mungkin pula kita tidak akan mencintai ibu kita? Bukankah kalau tidak karena ibu tidaklah mungkin ada kehadiran kita di sini. Ya mesti ada kesadaran diri yang mesti melahirkan cinta, ya namanya tentu kesadaran cinta. Kesadaran cinta bahwa kita sebagai anak amat berhutang budi pada orang tua, kesadaran yang mau tidak mau melahirkan cinta pada ibu atau orang tua dan itu akan menjadi  suatu kesyukuran dan terima kasih yang tidak terhingga harganya. Begitulah semestinya. Jika ini tidak ada maka yang dipertanyakan adalah kesadaran dan dimabuk dunia bisa menghilangkan kesadaran cinta. Hanya orang-orang yang sadar cinta sajalah bisa mencinta. Sebaliknya ketika kesadaran tercerabut oleh urusan dunia atau ditindih dalam keangkaramurkaan maka cinta menyirna dan bahkan hidup tanpa cinta.  Mereka kehilangan cinta pada diri, keluarga, negara, dan agama. Semuanya perjuangan yang mesti disadari dan dicintai malah dicaci dan dimaki. Lalu tanpa cinta gelisah berkepanjangan.  
Dalam kerangka merenung kata cinta kiranya  landasan berpikir kita akan berkembang kearah yang lebih hakiki  kepada hakikat diri, kesadaran, dan cinta. Kita telah diciptakan Tuhan kita dari tiada menjadi ada, lalu dari setetes mani menjadi bentuk yang sempurna. Lalu sampai kita membaca tulisan ini pun penciptaan kita masih berlangsung menuju fase demi fase hingga nanti tua dan dipindahkan ke dunia lain. Betapa yang menciptakan ini amat baiknya pada kita dengan fasilitas yang diberikannya kepada kita. Panca indera, akal, pikiran, nafsu, tubuh yang cantik, dan banyak pemberian yang tidak terinci satu persatu. Ya,  betapa bijaksana-Nya yang menciptakan kita, Maha Pengatur-Nya, Maha Sempur-Nya, Maha Kasih Sayang-Nya. Dialah Allah Tuhan Maha Esa, Allah tempat bergantung semua makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada  yang setara dengan Allah Yang Maha Tinggi. Dengan kenyataan itu dan sepenuh kesadaran yang mendalam maka sebenarnyalah kita harus mencitai Allah, tuhan yang hidup kita adalah rahmat dari-Nya dan ia amat mengasihi dan menyayangi kita.
Lalu kenapa ada yang tidak mencintai-Nya? Alasan apakah yang bisa kita berikan? Adakah alasan selain ketidaksadaran pada kasih dan nikmat-Nya. Jika hal demikian terjadi itu bukan lagi kekeliruan tetapi adalah kesalahan besar. Akan kemanakah kita kalau bukan akan kembali kepada-Nya? Ia berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 28, yang artinya “mengapa kamu jadi penentang Allah padahal tadinya kamu mati kemudian Ia hidupkan kemudian Ia matikan lalu kamu akan dihidupkan lagi kemudian kepada-Nya kamu semua kembali”. Allah bertanya dan kita mesti merenungkan cinta kita. Semua selain Dia akan musnah maka cinta-cinta kita kepada makhluk-Nya juga akan musnah. Hanya cinta karena Allah yang akan bertahan. Hanya Allah sajalah yang kekal dan mencintai yang kekal akan menjadikan pencinta bersama yang kekal. Jika kita tidak mencintai-Nya merugilah diri ini sedangkan Dia tetap berbuat baik dengan memberi hidup pada diri kita.  Sejatinya fitrah yang murni itu adalah aku harus cinta pada Tuhanku Allah Yang Maha Esa dan mencintai orang-orang yang mencintai-Nya, yaitu cinta dengan menunjukkan usaha, perjuangan, pengorban, kebenaran, dan kesabaran. Cinta perwujudan  kata kerja bukan hanya sebatas perasaan, nafsu, dan emosi. Ya Allah, wahai Yang Maha Mencitai berilah kami rezeki dapat mecintai-Mu dan mencitai orang-orang yang mencitai-Mu dan kasihanilah kami dengan cinta-Mu.  Padang, 11-04-2011.