Kamis, 02 Februari 2012

Memaknai dan Memahami Bacaan Shalat


A.  Pendahuluan
    Shalat merupakan ibadah fardu  umat Islam yang dilaksanakan lima kali sehari. Di samping sebagai  ibadah fardu, shalat juga dikerjakan sebagai ibadah sunat, baik pada siang  maupun pada malam hari. Dengan demikian, shalat merupakan ibadah yang secara kuantitas sering dilakukan oleh umat Islam dan penting dalam keberagamaan sebagai pilar agama.
    
     Ibadah salat di samping mempunyai gerakan, juga mempunyai  bacaan yang sudah ditentukan dalam   agama Islam. Bacaan shalat dimulai dengan takbir pada awal shalat dan berakhir dengan ucapan salam. Di antara awal dan penutup itu ada bacaan iftitah, alfatiha, bacaan saat rukuk, bacaan saat iktidal, bacaan saat sujud, doa di antara dua sujud, dan doa tasyahud yang semuanya dalam bentuk bahasa Arab.  Oleh karena bentuknya dalam bahasa Arab maka tidak jarang remaja berlatar bahasa Indonesia tidak memahami kandungan makna bacaan shalat tersebut.

     Mercemati kenyataan yang demikian maka perlu dilakukan penjelasan bagaimana supaya remaja mengerti dan memahami arti bacaan shalat tersebut agar shalat yang dilakukan meresap ke dalam pemahaman yang lebih baik dan khusuk.  Memang, jika kita ingin mengetahui dan mengerti apa yg kita lafadzkan saat kita sholat, maka hal itu akan sangat jauh lebih baik, malah mungkin jika kita resapi kita akan mendapatkan apa  itu khusyuk dalam melaksanakan shalat. Rasulullah SAW bersabda yang terjemahannya “sholatlah seakan-akan engkau sedang melihat Tuhan atau Tuhan sedang melihatmu” (Rukun Ihsan).

   Mari kita mulai belajar meresapi arti dari bacaan shalat kita. Karena shalat merupakan dzikir yang sempurna.

B.           Mengerti Bacaan Shalat

1    1.  Takbir
Takbiratul Ihram —->
 ALLAAHU AKBAR
                              (Allah Maha Besar)
2    2.  Bacaan Iftitah
Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.
(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi, dan petang).

Innii wajjahtu wajhiya, lillazii fatharassamaawaati walardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal musrykiin.
(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutuan Engkau/Musryik)

Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin.
(
Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allaah Rabb Semesta Alam).

Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.
(
Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)

3    3. Al Fatihah
Adapun Rasulullah
 SAW pada waktu membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas per satu ayatnya, tidak terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki khasiat yang sangat tinggi sekali.  Mari kita hafal terlebih dahulu arti per ayatnya sebelum kita memaknainya.

Bismillaah, arrahmaan, arrahiim (Bismillaahirrahmaanirrahiim)
(Dengan nama Allaah, Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Alhamdulillaah, Rabbil ‘aalamiin
(Segala puji hanya milik Allaah, Rabb semesta ‘alam)
Arrahmaan, Arrahiim
(Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Maaliki, yaumiddiin
(Penguasa, Hari Pembalasan/Hari Tempat Kembali)
Iyyaaka, na’budu, wa iyyaaka, nasta’iin
(Hanya KepadaMulah, kami menyembah, dan hanya kepadaMulah, kami mohon pertolongan)
Ihdina, asshiraathal, mustaqiim 
(Tunjuki kami, jalan, golongan orang-orang yang lurus)
Shiraath, alladziina, an’am, ta ‘alayhim
(
Jalan, yang, telah Engkau beri ni’mat, kepada mereka)
Ghayril maghduubi ‘alaihim, wa laddhaaaalliiin.
(
Bukan/Selain, (jalan) orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat)

Melanjutkan tulisan yang ketiga, maka setelah membaca Surah Al-Faatihah, maka hendaknya kita membaca ayat-ayat Al-Qur’an.Rasulullah bersabda “Apabila engkau berdiri utk shalat bertakbirlah lalu bacalah yg mudah dari al-Qur’an “.

4    4.        Ruku’
Lalu ruku’, dimana ketika ruku’ ini beliau mengucapkan :

Subhaana, rabbiyal, ‘adzhiimi, Wabihamdihi
(
Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Agung)
Bacaan  dzikir ini diucapkan beliau sebanyak tiga kali.
(Hadits Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Daaruquthni, Al-Bazaar, dan Ath-Thabarani)

Rasulullah sering sekali memperpanjang Ruku’, Diriwayatkan bahwa :
“Rasulullaah S
AW, menjadikan ruku’nya, dan bangkitnya dari ruku’, sujudnya, dan duduknya di antara dua sujud hampir sama lamanya.”
(Hadits
  Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

5    5.        I’tidal
Pada saat ketika kita i’tidal atau bangkit dari ruku, dengan mengangkat kedua tangan sejajar bahu ataupun sejajar telinga, seiring Rasululullah SAW menegakkan punggungnya dari ruku’ beliaumengucapkan:
Sami’allaahu, li, man, hamida, hu
“Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memujiNya”.
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim)

“Apabila imam mengucapkan “sami’allaahu liman hamidah”, maka ucapkanlah “rabbanaa lakal hamdu”, niscaya Allah memperhatikan kamu. Karena Allah yang bertambah-tambahlah berkahNya, dan bertambah-tambahlah keluhuranNya telah berfirman melalui lisan NabiNya SAW (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Abu Daud)

Hal ini diperkuat pula dengan : Disaat Rasulullah sedang Sholat berjamaah, lalu ketika I’tidal beliau mengucapkan “Sami’allaahu, li, man, hamidah” lalu ada diantara makmun mengucapkan Rabbanaa lakal hamdu”, Lalu pada selesai Sholat, Rasul bertanya “Siapakah gerangan yang mengucapRabbanaa lakal hamdu”, ketika aku ber I’tidal? Aku melihat para malaikat berlomba lomba untuk menulis kebaikan akan dirimu dari jawaban itu”.

Maka
 sudah cukup jelas bahwa mari kita mulai melafalkan :
Rabbanaa, lakal, hamdu
(Ya Tuhan kami, bagiMulah, segala puji)
Kesempurnaan lafadzh diatas
 :
mil ussamaawaati, wa mil ul ardhi, wa mil u maa shyi’ta, min shai in, ba’du
(Sepenuh langit, dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari sesuatu, sesudahnya)
(Kalimat diatas didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu ‘Uwanah)

6        6.    Sujud
Ketika kita sujud, maka dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do’a  sujud seperti yang telah dicontohkan Rasulullaah SAW.
Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya lebih daripada itu.

Subhaana, rabbiyal, a’laa, wa, bihamdi, hi
(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Luhur, dan, aku memuji Nya)

7          7.   Duduk antara dua Sujud
Ketika kita bangun dari sujud, maka hendaklah kita melafadzkan seperti yang dilakukan Rasulullaah, dan bacalah do’a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan penuh pengharapan kepada Allah SWT. Di dalam duduk ini, Rasulullah SAW  mengucapkan :

Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii
wahdinii, wa ‘aafinii, wa’Fuanni (Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah/sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, beri rezkila aku, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan berilah rizqi kepadaku)

Dari Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullaah saw, kadangkala duduk tegak di atas kedua tumit dan dada kedua kakinya. Beliau juga memanjangkan posisi ini sehingga hampir mendekati lama sujudnya (Al-Bukhari dan Muslim).

8          8.   Duduk At-Tasyaahud Awal

Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu ‘Uwanah, Asy-Syafi’i, dan An-Nasa’i. Dari Ibnu ‘Abbas berkata, Rasulullaah telah mengajarkan At-Tasyahhud kepada kami sebagaimana mengajarkan surat dari Al-Qur’an kepada kami. Beliau mengucapkan :
     Attahiyyaatul mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatulillaah.
     Assalaamu ‘alayka ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wa barakaatuh.
     Assalaamu ‘alayna wa ‘alaa ‘ibaadillaahisshaalihiin.
     Asyhadu allaa ilaaha illallaah.
           Wa asyhadu annaa muhammadarrasuulullaah.
           (dalam riwayat lain : Wa asyhadu annaa, muhammadan, ‘abduhu,
           warasuuluh)

Menurut hadist yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah.
Dari Ibn Mas’ud berkata, Rasulullaah saw telah mengajarkan at-tasyaahud kepadaku, dan 
 kedua telapak tanganku (berada) di antara kedua telapak tangan beliau - sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’an kepadaku : (Mari d
iresapi setiap katanya sehingga shalat kita lebih mudah untuk khusyuk)

Attahiyyaatulillaah, wasshalawatu, watthayyibaat.
(Segala ucapan selamat adalah bagi Allaah, dan kebahagiaan, dan kebaikan).
Assalaamu ‘alayka
 *, ayyuhannabiyyu, warahmatullaah, wa barakaatuh.
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu , wahai Nabi, dan beserta rahmat Allah, dan berkatNya).
Assalaamu ‘alaynaa, wa ‘alaa, ‘ibaadillaahisshaalihiiin.
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula, dan kepada sekalian hamba-hambanya yang shaleh).
Asyhadu, allaa, ilaaha, illallaah.
(Aku bersaksi, bahwa tiada, Tuhan, kecuali Allah).
Wa asyhadu, anna muhammadan, ‘abduhu, wa rasuluhu.
(Dan aku bersaksi, bahwa muhammad, hambaNya, dan RasulNya).

Notes : * Hal ini ketika beliah masih hidup, kemudian tatkala beliau wafat, maka para shahabat mengucapkan :
Assalaamu ‘alannabiy
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi).

9           9.  Bacaan shalawat Nabi SAW di akhir sholat

Rasulullah
 SAW. mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama dan lainnya. Yang demikian itu beliau syari’atkan kepada umatnya, yakni beliau memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan salawat kepadanya.
Berikut kita ambil sebuah hadits yang sudah umum
/biasa kita lafadzkan, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.
Allaahumma, shalli ‘alaa  muhammad, wa ‘alaa, aali  muhammad.
(Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada, keluarga Muhammad)

Kamaa, shallayta, ‘alaa  ibrahiim, wa ‘alaa, aali  ibraahiim.
(Sebagaimana, Engkau telah memberikan kebahagiaan, kepada Ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim).

Wa ‘barikh alaa  muhammad, wa ‘alaa aali  muhammad.
(Ya Allah, berikanlah berkah, kepada Muhammad, dan kepada, keluarga Muhammad)

Kamaa, baarakta, ‘ala  ibraahiim, wa ‘alaa, aali  ibraahiiim.
(Sebagaimana, Engkau telah memberikan berkah, kepada ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim).

Fil Allamina Innaka, hamiidummajiid.
(Sesungguhnya Engkau, Maha Terpuji lagi Maha Mulia).

1        10.    Salam
          “Rasulullah
 SAW. mengucapkan salam ke sebelah kanannya :
 Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh
(Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allah, serta berkatNya),
sehingga tampaklah putih pipinya sebelah kanan. Dan ke sebelah kiri beliau mengucapkan :Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah
(Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta rahmat Allah), sehingga tampaklah putih pipinya yang sebelah kiri.”
( Hadist Riwayat : Abu Daud, An-Nasa’i, dan Tirmidzi )
Mari di perhatikan, bahwa ternyata ucapan kita ketika menoleh ke kanan (salam yang pertama) lebih lengkap daripada ucapan kita ketika menoleh ke kiri (salam yang kedua )

        C.        Memahami Bacaan Shalat
Setelah kita memahami arti bacaan shalat di atas maka memahami arti bacaan tersebut. Memahami berarti menyadari dengan akal dan pikiran makna kata yang kita baca. Contohnya, ‘Allah Maha Besar’ kita menyadari bahwa Allah maha besar kekuasaannya, tidak ada yang melebihinya. Dunia semuanya baik alam nyata dan alam gaib semua dalam kendali kekuasaan-Nya. Dengan demikian, terasa kecillah daya dan upaya kita dalam berhadapan dengan-Nya. Dan semua yang kita punyai sebenarnya adalah anugerah dan rahmat dari Allah semata.
        Menyadari bacaan shalat berarti memahami aplikasinya dalam kehidupan sehingga selesai salat arti bacaan shalat itu menjadi pedoman bagi kita dalam hidup. Demikianlah terus menerus kita pamami sehingga salat kita menjadi kosentrasi dan khusyuk

D.    Penutup

Dengan melatihkan pemahaman bacaan shalat dan artinya diharapkan terjadi peningkatan kualitas shalat sehingga terbentuk insane yang khusuk.  Selain itu, setelah dapat merasakan komunikasi langsung dengan Allah dengan memahami bacaan shalat akan terjadi suatu perasaan yang semakin senang dengan shalat sehingga dengan kondisi yang demikian shalat juga bisa berfungsi sebagai obat bagi ketidaktenangan dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin komplit. Di samping itu, semoga pengetahuan ini dapat ditransfer kepada sesama yang memerlukannya

Terima kasih, wasalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.

(Di susun dari berbagai sumber dan terima kasih kepada pereferensi)

Padang, 12 November 2011