Selasa, 10 Februari 2015

Berita Akhir Zaman



Details
Written by Ihsan Tandjung
Published: 16 August 2014
bolehjadikiamatsudahdekat.comBottom of Form
”Akan terjadi berbagai fitnah, dimana pada saat itu orang yg menjauhi fitnah lebih baik
daripada orang yg berdiri, orang yg berdiri lebih baik daripada orang yg berjalan, orang yg berjalan lebih baik daripada orang yg melibatkan dirinya dengan fitnah tersebut, orang yang terlibat dengan fitnah tersebut akan mengalami kehancuran. Siapa yg menemui tempat berlindung, hendaklah dia berlindung dari fitnah tersebut." (HR Bukhari, Muslim, & Ahmad)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menguraikan ringkasan sejarah ummat Islam sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus hingga datangnya As-Sa’ah. Uraian tersebut berisi lima babak perjalanan umat Islam dengan karakter kepemimpinan pada masing-masing babak tersebut.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّافَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti Minhaj (metode) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigitselama beberapa masa, selanjutnya datang masa (4) Raja-raja/para penguasa yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5)Kekhalifahan mengikuti Minhaj (metode) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR. Ahmad - Shahih)
Babak demi babak telah dilalui umat Islam dan hari ini kita hidup di babak keempat yaitu era kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak). Babak ini merupakan babak paling kelam di dalam keseluruhan sejarah umat Islam. Mengapa? Karena di babak keempat ini kepemimpinan dunia berada di tangan kaum kafir. Sedangkan di negeri-negeri berpenduduk muslim para pemimpinnya mengekor kepada kepemimpinan dunia berupa kaum yahudi dan nasrani tersebut sampai masuk ke dalam lubang biawak (baca: kehancuran). Ini telah di-nubuwwah-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak limabelas abad yang lalu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, niscaya kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itukaum yahudi dan nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR. Muslim - Shahih)
Namun demikian, orang beriman tidak merasa sedih dan menjadi pesimis menyadari realita pahit dunia hari ini.
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Mukmin tahu dan yakin bahwa masalah kejayaan dan keruntuhan suatu umat merupakan sunnatullah yang telah digariskan Allah ta’ala. Ada gilirannya kaum kafir berjaya dan akan ada saatnya kaum kafir mengalami keruntuhan. Ada gilirannya kaum beriman merasakan derita kekalahan dan akan tiba saatnya kaum beriman meraih kemuliaan dan kejayaan.
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (QS. Ali Imran: 140)
Maka di dalam hadits di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  menegaskan bahwa sesudah babak paling kelam ini umat Islam akan berjaya kembali dengan datangnya babak kelima yaitu tegaknya khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian). Tegaknya kekhalifahan tersebut akan ditandai dengan di-bai’atnya pemimpin kaum beriman yang bergelar Al-Mahdi (laki-laki yang mendapat petunjuk). Al-Mahdi akan di-baiat di depan Ka’bah di Mekkah. Itulah sebagian dari rangkaian peristiwa akhir zaman yang sudah di-nubuwwah-kan oleh Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berita gembira untuk orang beriman. Untuk lebih lengkapnya silahkan merujuk kepada berbagai tulisan dan penjelasan tentang ini.
Terbetik berita pada awal Ramadhan 1435 / akhir Juni 2014 kemarin ada sebuah kelompok yang asalnya bernama ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) membubarkan diri untuk kemudian mendeklarasikan berdirinya Al-Khilafah Al-Islamiyyah (Kekhalifahan Islam). Untuk selanjutnya mereka mencukupkan penyebutan dirinya sebagai Daulah Islamiyah atau IS (Islamic State). Mereka telah mengangkat pemimpin mereka (mem-bai’at-nya) sebagai Khalifah (pemimpin khilafah). Berita ini telah menggemparkan dunia Islam.  Bagaimanakah sepatutnya kita mensikapi fenomena ini?
Sejatinya setiap orang beriman yang peduli akan ‘izzul Islam wal-muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) pantas menyambut dengan gembira kabar tegaknya khilafah bagi seluruh kaum muslimin, sesudah hampir satu abad sistem bermasyarakat dan bernegara yang dirintis dan dicontohkan Nabi Muhammad tersebut raib dari realitas ummat Islam. Oleh karena itu, betapapun seorang muslim belum tahu banyak bagaimana sepak-terjang sebenarnya IS tersebut, namun sudah sepantasnya ia mendahulukan husnudz-dzon kepada Allah bahwa ini merupakan sebuah perkembangan yang mengandung kebaikan. Lalu apa selanjutnya?
Di era keterbukaan informasi sudah lazim jika kita mencari tahu informasi tentang IS ini lewat media internet. Namun kita mesti menyadari bahwa era ini juga merupakan era penuh fitnah dimana media informasi merupakan salah satu sarana utama penyebarluasan berbagai informasi menyesatkan atau hoax, di samping informasi yang benar. Jika kita jujur ternyata berbagai berita yang beredar terkait dengan IS ini sangat beragam bahkan seringkali kontradiktif. Ada yang isinya mengandung gambaran positif yang membuat kita menjadi penuh harapan, optimis dan bangga akan kiprah IS. Namun sebaliknya kitapun mendapati berita-berita negatif yang membuat kita menjadi bertanya-tanya bahkan terkadang menjadi sulit memahami mengapa kiprah IS sepertinya tidak sesuai dengan aturan Islam.
Oleh karena itu kita diperintahkan Allah agar melakukan tabayyun (periksa kembali) atas informasi yang kita terima. Namun upaya melakukan tabayyun di era penuh fitnah dewasa ini ternyata tidak semudah yang dikira. Di sana-sini kita dapati kemungkinan manipulasi data dan informasi yang, disengaja maupun tidak, tetap akan men-distorsi informasi yang ada.
Di era penuh fitnah dewasa ini, ummat dibuat bingung dengan berbagai kontradiksi berita tentang situasi di negeri-negeri yang bergolak baik itu di Irak, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Burma, Srilanka sebagian Afrika dan Palestina. Dengan perkembangan teknologi informasi, satu foto yang diambil di belahan bumi manapun dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu singkat. Dan bahkan dapat dimanipulasi dengan memberikan keterangan seolah foto tersebut diambil di tempat yang berbeda dengan sebenarnya. Foto tentang suatu peristiwa atau seseorang, dapat dimanipulasi sebagai foto peristiwa lain atau orang lain hanya dengan sedikit kutak-katik (editting) foto. Demikian pula hebatnya fitnah dalam bentuk berbagai faham, aliran, golongan, sekte, kelompok. Tidak jarang satu sama lain saling bermusuhan, yang bahkan banyak di antara kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok-kelompok sempalan hasil rekayasa musuh-musuh Islam dengan berkedok sebagai kelompok islam. Fitnah semacam ini semakin menambah kerumitan kita dalam mencari informasi yang benar. Terutama upaya tabayyun menjadi semakin sulit di negeri-negeri yang sedang bergolak. Singkatnya, karena terhalang jarak dan berbagai penghalang lain, kita tak dapat melakukan tabayyun sebagaimana mestinya.
Mirisnya, segala kontradiksi informasi tersebut sampai ke derajat mengkhawatirkan. Di satu pihak sangat negatif sehingga dapat dianggap melanggar syariat Islam bahkan keluar dari Islam, dan di lain fihak sangat positif sampai kita melihat ketidak wajaran dalam pembelaan (ghuluw/berlebihan).
Dalam situasi seperti ini, kita perlu arif dalam bersikap. Hendaknya kita tidak begitu saja ikut-ikutan mendukung maupun menolak berita tentang kelompok IS ini. Setiap berita sebaiknya kita saring lagi dengan meneliti sumber-sumbernya, meneliti dalil-dalilnya, meneliti siapa yang menyebarkannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin menggunakan kacamata Islam dalam memberikan penilaian, sebab kita tahu di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ada orang Badui yang mengatakan mereka beriman, namun dibantah Allah. Allah katakan bahwa mereka belum beriman. Mereka baru sebatas tunduk (Islam) sebab keimanan belum masuk ke dalam hati mereka. Ini menunjukkan bahwa memang ada orang-orang yang sudah jelas beriman dengan benar dan kuat (kepada merekalah kita percaya), ada yang belum kuat, bahkan ada yang munafik. Sumber berita yang berbeda dapat membuat perbedaan yang besar dalam pengambilan kesimpulan.
Oleh karena sedikitnya informasi akurat yang dapat dipercaya, sudah sepatutnya kita mengambil sikap tawaqquf (tidak begitu saja membenarkan namun tidak sepenuhnya menolak).
Hendaknya kita tidak sepenuhnya mendukung sehingga tanpa sadar kita ikut mendukung nilai-nilai kebatilan yang boleh jadi tersusupi di dalamnya. Atau hendaknya kita tidak sepenuhnya menolak sehingga tanpa sadar kita menolak nilai-nilai kebenaran yang ada di dalamnya. Inilah konsekuensi hidup di era penuh fitnah di Akhir Zaman.
Dalam kondisi seperti ini yang perlu kita lakukan adalah terus mengamati perkembangan yang terjadi. Di samping itu kita perlu mendalami tanda-tanda akhir zaman khususnya berkaitan dengan tampilnya Al-Mahdi. Sebab kita sadar bahwa situasi membingungkan karena perselisihan pendapat antar sesamamukminin, bahkan sesama muwahhidin dan mujahidin, justeru menandakan sudah semakin dekatnya kedatangan Al-Mahdi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
 “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa.  Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara merata dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas jelas sekali disebutkan adanya tiga prakondisi menjelang tampilnya pemimpin kaum beriman di akhir zaman, yakni Al-Mahdi. Pertama, perselisihan antar-manusia. Kedua, gempa-gempa dan ketiga, kezaliman telah merata di segenap penjuru bumi. Bukankah kondisi dunia hari ini telah mencakup ketiga prakondisi tersebut?
Dan coba perhatikan bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan husnudzdzon billah (sangka baik kepada Allah) serta optimisme ke dalam diri umatnya dimana ketiga prakondisi yang pada lahirnya tampak tidak baik justeru ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkannya diawali dengan kata-kata: “Aku kabarkan berita gembira…”    
Jadi, di balik buruknya perselisihan antar-manusia, banyaknya gempa dan meratanya kezaliman di muka bumi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar menanamkan keyakinan bahwa semua fenomena tersebut justeru menandakan sudah dekatnya kedatangan Al-Mahdi.  Itu semua justeru menandakan bahwa sangat boleh jadi saatnya ummat Islam beralih dari babak keempat kepemimpinan para mulkan jabriyyan menuju babak kelima kepemimpinan khalifah Al-Mahdi sudah sangat dekat.
Dalam kondisi seperti ini sangatlah penting bagi kaum muslimin untuk meyakini bahwa yang samasekali tidak boleh diragukan ialah berbai’at kepada Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum beriman tersebut sudah jelas kehadirannya.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
Ketika kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannyawalaupun harus merangkak-rangkak di atas salju.” (HR. Ibnu Majah)
Oleh karenanya pada masa sekarang inilah kita wajib mengumpulkan sebanyak mungkin ilmu dan pegetahuan mengenai ciri-ciri tampilnya Al-Mahdi sesuai arahan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan lupa, musuh-musuh Islam juga mempelajari hadits-hadits terkait akhir zaman, termasuk soal figur Al-Mahdi. Maka sangat mungkin bahwa mereka telah menyiapkan Al-Mahdi palsu versi mereka untuk menyesatkan kaum muslimin. 
Sadarilah bahwa pembaiatan Al-Mahdi akan berlangsung di depan Ka’bah. Pembai’atannya terjadi ketika matinya seorang khalifah atau seorang pemimpin. Gelombang pertama yang membai’atnya terdiri dari sejumlah orang yang mirip dengan jumlah pasukan perang Badar yaitu sekitar 313 orang saja. Pembai’atannya dilakukan dengan paksaan karena Al-Mahdi sendiri sebenarnya menolak untuk dibai’at. Sesudah itu akan ada seorang penguasa zalim dari Syam mengutus pasukan untuk memerangi Al-Mahdi dan orang-orang yang berbai’at kepadanya. Tetapi taqdir Allah mendahului mereka, pasukan tersebut dibenamkan Allah ke dalam bumi di sebuah padang pasir terbuka antara Madinah dan Mekkah.  Begitu kabar pembenaman pasukan itu tersiar ke seluruh dunia, maka berdatanganlah gelombang kedua kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia untuk membai’at Al-Mahdi di depan Ka’bah. Dan secara khusus Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di antara mereka ialah orang-orang terbaik dari Syam dan Iraq.
يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِي النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُلْقِي الْإِسْلَامُ بِجِرَانِهِ فِي الْأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan terjadi perselisihan saat matinya khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi) akan keluar dari Madinah pergi menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari penduduk Makkah mendatanginya. Mereka memaksanya keluar (dari dalam rumah) meskipun ia tidak menginginkannya. Orang-orang itu kemudian membaiatnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan (Allah) di Al-Baida, tempat antara Makkah dan Madinah. Maka ketika manusia melihat hal itu, maka orang-orang shalih dari Syam dan orang-orang terbaik dari penduduk Irak membaiatnya antara rukun dan Maqam.. Lalu tampillah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy, paman-pamannya dari suku Kalb. Ia lalu mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka (orang-orang yang berbaiat kepada Al-Mahdi) namun (Al-Mahdi dan pasukannya) dapat mengalahkan  mereka. Alangkah ruginya orang yang tidak ikut serta dalam pembagian ghanimah perang suku Kalb. Ia (Al-Mahdi) lalu membagi ghanimah, dan ber’amal di tengah manusia dengan sunnah NabiMuhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menyampaikan Islam ke seluruh penduduk bumi. Ia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan kaum muslimin menyolatkannya." (HR. Abu Dawud – Sanadnya Hasan)
Ketika Al-Mahdi telah dibai’at oleh gelombang kedua, maka Al-Mahdi segera memiliki pasukan bersenjata yang selanjutnya mengalahkan suatu pasukan yang dipimpin seorang Quraisy. Pemimpin Quraisy itu didukung oleh paman-pamannya dari suku Kalb yang kaya. Sesudah itu Al-Mahdi akan membebaskan negeri demi negeri.  
Al-Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Al-Mahdi akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Rabb dan Raja tunggal langit dan bumi. Al-Mahdi akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimah thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung dunia paling timur hingga ujung paling barat. Al-Mahdi akan memimpin umat Islam di akhir zaman untuk berpindah dari babak keempat kepemimpinan Mulkan Jabriyyan kepada babak kelima Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah. Al-Mahdi dengan izin Allah akan mengisi bumi dengan keadilan sesudah bumi dipenuhi dengan kezaliman.
فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
 “Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara merata dengan keadilan dankejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Kembali berbicara mengenai IS, di dalam teks deklarasi tegaknya Khilafah Islamiyyah sekaligus pembubaran ISIS, juru bicara IS menyampaikan kalimat sebagai berikut:
“Maka hendaklah kalian menjaga amanah yang berat ini, dan pikullah panji ini dengan segenap kekuatan, siramilah dengan darah kalian dan angkatlah di atas serpihan-serpihan badan kalian, dan matilah di bawahnya, sampai kalian menyerahkannya in Syaa Allah kepada Isa Ibnu Maryam ‘alaihissalam.”
Kalimat diatas menunjukkan sebuah harapan penuh optimisme bahwa IS merupakan khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian). Namun di balik optimisme itu ada pertanyaan penting yang perlu dijawab: Dimanakah Al-Mahdi?
Mengapa sebuah deklarasi tegaknya khilafah yang begitu penting di akhir zaman tidak menyebut Al-Mahdi sedikitpun? Jika sosok Isa ibnu Maryam ‘alaihis-salam disebut-sebut, lalu mengapa sosok Al-Mahdi tidak disebut? Bukankah pasukan bendera hitam merupakan pembuka jalan bagi munculnya pemimpin kaum beriman di akhir zaman, yaitu Al-Mahdi? Bila dalam waktu dekat peristiwa pembai’atan Al-Mahdi berlangsung di depan Ka’bah, bagaimanakah gerangan IS akan menyikapinya? Semoga, kita berharap kepada Allah ta’ala, IS akan segera menyerahkan panjinya kepada Al-Mahdi. Sebab demikianlah yang kami fahami selama ini, bahwa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian) di akhir zaman pasti akan dipimpin oleh Al-Mahdi.
Dalam kondisi seperti ini sangatlah penting bagi kaum muslimin untuk meyakini bahwa yang samasekali tidak boleh diragukan ialah berbai’at kepada Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum beriman tersebut sudah jelas kehadirannya. Dan dalam rangka mengantisipasi hal itu, maka sejak sekarang setiap orang beriman haruslah memastikan kelayakan dirinya untuk diizinkan Allah berbai’at dengan Al-Mahdi dan bergabung ke dalam thaifah manshurah(pasukan yang selalu ditolong Allah). Jika diri kita di mata Allah dipandangcompatible (layak) menjadi bagian dari pasukan Al-Mahdi niscaya Allah akan mudahkan kita bergabung bersamanya. Namun demikian pula sebaliknya.
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Sesungguhnya Rasulullah bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR. Muslim - Shahih)
Wallahu'alam.