Kamis, 28 Februari 2013

MENGAPA SAYA MELANJUTKAN PENDIDIKAN


PADA PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA?
 
Alhamdulillah pada tahun akademik 2006-2007  saya lulus mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program S-3 pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Pada hari Senin, tanggal 4 September 2006 perkulihan semester satu dimulai. Satu dari lima mata kuliah yang diikuti adalah Orientasi Baru dalam Pedagogik, yang diampu oleh Prof. Dr. W.P. Napitupulu. Dalam perkulihan itu saya diminta untuk menuliskan: mengapa saya mengambil program S3 bidang Pendidikan Bahasa?
Inilah jawaban saya waktu itu. 
Bagi saya  menjalani jenjang pendidikan baik secara formal (SD sampai Master) maupun informal dalam kehidupan  sama halnya dengan mendaki dan menikmati jenjang-jenjang kualitas kehidupan. Dari  jenjang dasar ke jenjang berikutnya saya merasakan sumbangan pendidikan itu pada diri saya, keluarga, dan kini untuk peserta didik yang saya asuh. Dengan pendidikan yang lebih baik partisipasi dan sumbangan hidup kita untuk membangun bangsa dan negara lebih berarti dari yang sebelumnya.
Di sisi lain, saya juga merasakan  betapa para guru dan pembina pendidikan itu sangat berjasa  membuang selubung kebodohan saya. Mereka bagai cahaya yang menerangi yang mengusir gelapnya wawasan dalam hidup ini. Saya menyadari dengan pendidikan, cakrawala berpikir makin luas dan mendalam, potensi diri dilejitkan, visi dan misi hidup menjadi terarah, dan terlebih lagi saya menyadari bahwa makin diikuti pendidikan  terasa apa yang dikuasai dan dipahami sekarang belum apa-apanya dihamparan samudra ilmu pengetahuan yang luas.  Dengan pendidikan, saya menjadi arif bahwa “di atas langit masih ada langit” atau di atas tingkatan masih ada tingkatan   dan saya ingin yang di bawah naik ketingkat yang tinggi dan yang tinggi mengayomi dan membimbing pencerahan pendidikan tersebut. Lebih dari itu,  buah dari pendidikan telah mencerahkan jati diri saya secara individual, sosial, dan transedental dengan muara kekaguman saya betapa agungnya pencipta semua ini dan betapa mulianya orang menenuntun kearah itu (pendidik). Sehubungan dengan itu, saya setuju dengan Kattsoff (2004) yang mengatakan, “ kebebasan akali hanya terjadi melalui pendidikan”.
Dengan kenyataan di atas, saya sebagai pendidik menyadari dengan sepenuh kesadaran dan pengalaman  akan  penting dan perlunya peningkatan kualitas pendidikan bagi diri saya, seseorang, keluarga, atau bangsa-bangsa. Hanya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kebodohan, kemiskinan, dan krisis multi dimensi yang melanda kehidupan  dapat diatasi. Dengan pendidikan martabat dan keadaban bisa dibina, ilmu dan teknologi dapat dikembangkan dengan pesat sehingga dengan semua itu kita dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Dan dengan pendidikan itu juga kehidupan yang damai bisa diciptakan dan keinginan destruktif manusia dengan segala dorongan peneyebabnya dapat dicegah.  Sebaliknya jika tidak begitu, kita tentu seperti mengikuti permainan hidup dengan mata tertutup sedangkan yang diarahkan juga matanya tertutup dan ironisnya  semua pemain sama mengatakan dirinyalah yang benar. Pendidikan menurut saya akan membuka selubung kebodohan dan kepicikan  dengan pemberdayaan individu untuk menata hidup bersama dan untuk perdamaian dunia (world peace).
Sejalan dengan itu, pentingnya pendidikan dan ilmu bagi saya selaras dengan semboyan-semboyan  pendidikan yang sudah sejak dulu diciptakan untuk memotivasi mempelajari ilmu. Ungkapan “pendidikan seumur hidup” (long life education) dari Barat, dan “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad” dari ajaran agama, serta “alam terkembang jadi guru” dari ajaran adat, merupakan  ungkapan penyadaran bagi saya betapa pentingnya pendidikan dan penambahan ilmu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Tambahan lagi ahli hikmah pun berkata, “ jika engkau ingin sukses di dunia tuntutlah ilmu,  jika engkau hendak suskses  di akhirat tuntutlah ilmu, dan jika ingin sukses kedua-duanya tentulah dengan ilmu”. Tuhan memuliakan manusia dari makhluk lain dan diantara sesamanya dengan ilmu. Malaikat disuruh memberi penghormatan kepada Adam karena Adam sudah diajari (dididik) dengan ilmu oleh Tuhan. Selanjutnya, keredahan martabat manusia dari makhluk-Nya yang lain dan sesama manusia karena mengabaikan ilmu. Dan saya yakin dengan janji Tuhan bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang berilmu beberapa derajat. Dengan semboyan dan prinsip  itu, saya tidak ingin menjadi orang yang hanya ikut-ikutan  mengatakannya tanpa mempraktikkannya.
Jika kita menengok perkembangan yang terjadi dan kemajuan yang dicapai negara-negara di sekeliling kita, kita sungguh malu dengan kenyataan pendidikan di negara tercinta ini. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain untuk dapat mengejar mereka selain membangun sektor pendidikan dengan kesungguhan perjuangan, kesabaran, dan keikhlasan. Dalam hal ini, konsolidasi kemampuan semua pihak sangat diperlukan dan sudah saatnya pendidikan didorong dan dilakukan secara bersama dan holistik. Dalam hal ini, saya sangat beruntung karena orang-orang yang mencintai dan yang saya cintai, ibu dan ayah, istri dan adik-adik selalu mendorong saya. Begitu juga dengan pimpinan dan teman-teman sejawat di Universitas Negeri Padang. Dan teristimewa dorongan dosen Pascasarjana dan sahabat-sahabat  ketika sama S2  di Universitas Negeri Jakarta. Dengan pemikiran dan dorongan itu saya bertekad melanjutkan studi saya ke program S3 yang merupakan tahapan pendidikan formal yang belum saya ikuti.  
Pilihan saya kuliah pada Program Pendidikan Bahasa merupakan pilihan yang didasarkan pada bidang studi yang saya tekuni sejak tingkat sarjana. Saya adalah tamatan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Padang tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke S2 IKIP Jakarta tahun 1992 dan tamat tahun 1995. Dengan pilihan pendidikan bahasa, secara akademis saya konsisten mempelajari  bidang pendidikan bahasa. Dengan demikian saya tentu tidak merambah hutan baru dalam pendidikan saya dan saya harap ini persemaian yang sudah siap menumbuhkan benih ilmu pengetahuan bahasa. Pada saat ini, spesialisasi ilmu dan profesionalisme merupakan tuntutan yang mendasar untuk terjadinya perbaikan dan disadari tidak mungkin semua ilmu bisa dikuasai dan apalagi berpindah-pindah dari satu bidang kebidang lainnya tentu akan memberatkan diri sendiri.
Saya masuk jurusan bahasa bukan karena saya sudah berbakat dalam bidang bahasa.  Malah sebaliknya, saya mempunyai harapan  menjadi seorang yang mampu melakukan kebaikan dengan menggunakan bahasa yang baik. Sejak kecil saya sudah kagum pada kemampuan berbahasa penjual obat keliling yang berpidato di pasar. Saya ingin menggunakan bahasa seperti orator  dengan kutbah-kutbah yang menetramkan jiwa yang gersang atau membakar semangat yang tertatih-tatih dalam deraan kehidupan. Saya salut dengan penulis yang telah menulis berbagai naskah yang menyebabkan ilmu menjadi dapat dipelajari dan tidak hilang ditelan masa. Dan tidak jarang saya lihat pertengkaran dua pihak yang saling menghujat, bertengkar, dan malah berperang akhirnya selesai dimeja perundingan yang ternyata menggunakan kepiawaian orang menggunakan bahasa. Bahasa adalah kekuatan (power) dan  sekaligus wadah dari Tuhan yang memberikan kesempatan bagi kita untuk saling menentukan siapa yang terbaik kemanusiaannya di dunia ini.
Bahasalah yang menunjukkan suatu bangsa, bahasa yang teratur menunjukkan bangsa yang teratur bahasa yang berbelit menunjukan pikiran yang berbelit-belit. Bagaimana dengan bahasa Indonesia (BI), yang telah  berumur 78 tahun, akankah bahasa ini akan menunjukan bangsa kita dalam kejayaannya atau akan menunjukan kesemrautan bangsa. Bahasa Indonesia kita harapkan menjadi kunci gudang ilmu di samping bahasa dunia lainya. Oleh karena itu, pembenahan, pengembangan dan pembinaan BI adalah suatu yang harus dilakukan dari waktu ke waktu. Saya adalah salah seorang yang sudah harus bertanggung jawab terhadap  tugas tersebut dan tidak mungkin tugas itu terlaksana dengan baik tanpa peningkatan pendidikan.
Di samping itu, penyadaran peran bangsa untuk menggunakan bahasa sebaik-baiknya mesti ditingkatkan dalam bentuk aktualisasi keterampilan berbahasa dan aktulisasi pendayaan penggunaan bahasa dalam segala aspek kehidupan untuk menciptakan bangsa yang aktif, produktif, kreatif, dan inovatif. Kenyataan hari ini memang masih jauh dari yang diharapkan. Agaknya benar yang dikatakan orang “bencana besar yang melanda dunia hari ini adalah "orang tidak mau membaca setelah diajari membaca, orang tidak mau menulis setelah tahu cara menulis” dan seterusnya. Untuk membangun semua itu,  saya mendalami pendidikan di Program S3  Pendidikan Bahasa.











Pesan Ane Ahira

----------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca:  500,000+
----------------------------------

"Senyum yang hangat adalah bahasa
universal sebuah kebaikan" - William
Arthur Ward
Dear Abdurahman yang murah senyum,
Tersenyumlah, setiap kali Anda
membuka mata di pagi hari.
Tersenyumlah untuk hari baru, harapan
baru dan berkah baru.
Meskipun Anda sedang punya masalah,
Anda selalu punya sejuta alasan untuk
tersenyum. Karena jika Anda hitung,
berkah Tuhan pasti lebih banyak
daripada masalah yang datang kepada
Anda.
Abdurahman tersenyumlah, karena kemana pun
Anda pergi, atau apapun bahasa yang
diucapkan orang, setiap orang di
semua budaya dan negara ini mengerti
dan merespon untuk sebuah bahasa
universal:  senyum... :-)
Senyum menciptakan koneksi dengan
orang yang asing sekali pun, yang
tidak berbicara dalam bahasa kita.
Senyum juga menular. Begitu Anda
tersenyum pada orang lain, ia akan
tersenyum balik kepada Anda.
Abdurahman tersenyumlah, karena senyum Anda
akan merangsang munculnya
hormon-hormon seratonin, dopamine dan
hormon-hormon lainnya yang memberikan
rasa senang dan bahagia kepada Anda.
Senyum Anda juga dapat memperkebal
sistem imun tubuh, mengurangi stress,
menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan citra positif Anda.
Abdurahman tersenyumlah, senyum manis Anda
yang akan dikenang orang lain dan
menghibur orang-orang yang Anda
kasihi.
Abdurahman tersenyumlah, karena senyum itu
pun mudah dan gratis :-)


PT. Asian Brain IMC
Jl. Bojong Sereh No.668 Banjaran, Bandung 40376 - INDONESIA
Phone: (022) 5944-999, (022) 5945-999, (022) 5946-999
Fax: (022) 5947-999