Kamis, 29 Desember 2011

Menerima Rapor


Menerima Rapor & Kecerdasan Spritual
Oleh: Abdurahman
            Terkenang nostalgia pada akhir semester satu di SMP, waktu itu kami akan menerima buku rapor. Untuk itu, kami menerima undangan dari sekolah untuk orang tua.  Orang tua atau wali murid harus datang mengambil laporan hasil belajar anaknya. Kedatangan orang tua dikatakan wali kelas sebagai usaha sekolah mempertemukan orang tua murid dengan wali kelas yang menjadi penanggung jawab perkembangan pembelajaran anak murid di sekolah. Orang tua akan dapat menerima langsung nilai anaknya dan jika ada yang ganjil dan bermasalah dapat dikonsultasikan dengan guru wali kelas atau kepala sekolah. Sementara itu, wali kelas juga dapat bertanya langsung kepada orang tua murid tentang perkembangan dan cara belajar anak murid di rumah.
Pada waktu itu orang tuaku yang pergi memenuhi undangan sekolah adalah Abak (bapak). Semula aku menginginkan Ibu yang pergi atau  tetapi ibu tidak bisa pergi, dengan alasan, “Adikmu siapa yang mengasuh.”. Waktu itu aku telah mempunyai adik perempuan dua orang dan satu adik laki-laki masih menyusu pada ibu. Dengan alasan itu Ibu memohon pada Abak supaya ibu tidak ikut ke sekolah mengambil raporku.
 Aku dan Abak pagi-pagi sudah berangkat menuju sekolah yang jaraknya dari rumah lebih kurang tiga kilometer. Kami berjalan kaki ke sekolah karena di daerah ku waktu itu belum ada kendaraan umum dan sekira setengah jam kami sudah sampai di sekolah. Pagi itu sebelum rapor dibagikan, sekitar jam 7.30 WIB acara pengumuman juara-juara kelas dilaksanakan di halaman sekolah.
Guru-guru mengambil posisi di depan halaman sekolah, murid-murid di bagian belakang berbaris berbanjar menghadap ke depan seperti susunan upacara bendera. Kepala sekolah memberikan pengarahan di bagian agak ke tengah.  Selesai kepala sekolah memberikan pengarahan, wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengambil  kendali acara.   Pengumuman jago-jago  kelas akan dimulai dan aku harap-harap cemas mungkinkah aku juara kelas? 
Tahap pertama, wakasek mengumumkan juara umum sekolah satu sampai tiga. Budi anak ibu guru PKK memperoleh juara satu dengan nilai tertinggi, kemudian disusul oleh Nurla memperoleh juara dua, dan juara ketiga diperoleh Epita yang rumahnya tidak jauh dari sekolah. Mereka dan orang tuanya dimohon maju ke depan bersama. Kepada  murid yang juara umum itu diberikan piala dan hadiah dalam bungkusan dari kertas minyak dan aku sendiri tidak tahu apa isinya dan kuperhatikan tangan Budi agak berat membawanya. Sedangkan kepada orang tua mereka diserahkan buku rapor.  Mereka dan orang tuanya sangat gembira dan  haru lalu mereka mendapat ucapan selamat dari kepala sekolah. Tidak lupa mereka menyalami bapak ibu guru yang berderet di depan. 
Selesai pengumuman juara umum, pembacaan diteruskan dengan juara-juara kelas.  Pemanggilan nama sang juara kelas dimulai dari kelas 3 kemudian kelas dua  dan kelas satu.  Setiap murid yang menjadi juara kelas maju ke depan bersama orang tuanya. Mereka diberi hadiah dan orang tuanya menerima rapor dari wali kelas. Aku termasuk orang yang berbabahagia karena memperoleh rangking ke-2 di  kelas, aku juara II.  Aku dan Abak maju ke depan. Aku mendapat hadiah  yang  setelah kubuka ternyata isinya satu lusin buku tulis dan setengah lusin pulpen.   Abakku menerima rapor dari wali kelasku, Ibu As, yang juga guru matematikaku. Bu As mengucapkan selamat padaku dan Abak.  Kemudian Bu As mengatakan pesan agar aku meningkatkan pretasi lagi di semester dua.  Aku mengangguk sambil mengucap insyalah dan menjabat tangan wali kelasku itu.
Aku beruntung sekali rasanya dapat hadiah dan beruntung membawa Abak karena ia maju ke depan untuk mengambil raporku. Selama di SD Abak belum pernah mengambil raporku dan selalu ibu berkesempatan karena SD ku dekat dari rumah.  Rasanya momen itu adalah  sebuah hadiah yang terbaik bagi Abak, ayahku. Sekilas ku pandangi wajah Beliau di sana terlihat pancaran rasa bahagia yang dihiasi dengan senyum sumringah. Amdulilah, betapa bahagianya melihat orang tua bahagia dan itu makin menguatkan tekadku untuk belajar lebih baik lagi.
Abak memberikan rapor padaku dan aku membuka dengan perlahan. Lalu ku teliti nilai-nilaiku. Aku dapati ada tiga angka sembilan, pelajaran agama, matematika, dan bahasa Indonesiaku mendapat nilai sembilan. Selain itu aku mendapat nilai delapan kecuali nilai kesenianku yang hanya  tujuh.  Aku  pikir itu memang wajar karena sejak di SD aku tidak pintar bernyanyi apalagi membaca not lagu. Aku bersyukur  pada Allah yang telah mengangkat derajatku dengan nilai yang lumayan dan aku berusaha mensyukurinya dengan belajar yang lebih baik.
Setelah libur satu minggu pada hari Senin kami telah kembali belajar di sekolah. Seperti biasa kegiatan jam pertama diawali upacara bendera.  Pelaksana upacara bendera kali ini adalah kelasku dan aku medapat tugas sebagai pembaca teks Pancasila.  Upacara berjalan khidmat dan suasana  sekolah tenang dan anak-anak  kelihatan berwajah ceria mengisi semester baru.
Usai kegiatan  upacara bendera kami masuk kelas masing-masing  dengan barisan yang teratur.  Pagi itu  kami belajar mata pelajaran agama. Guru kami  seorang pria paruh baya yang pagi itu kelihatan sangat simpatik dan rapi.  Bapak yang cukup tinggi ini menyapa kami dengan ucapan “Assalamulaikum” dan kami menjawab “Waalaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh”.  Bapak Nurkam memang tidak asing lagi bagi kami karena beliau dengan lemah lembut sudah mendidik kami sejak semester satu.  Kepada Bapak Nurkam semua murid  sangat hormat  dan tidak ada yang mau  usil meskipun Bapak Nurkam tidak pernah marah. 
Pelajaran agama dimulai, topik pelajaran ditulis di papan tulis dengan huruf kapital “BERSYUKUR DAN BERSABAR”.  
“Anak-anakku semuanya, pagi ini pokok pelajaran kita adalah bersyukur dan bersabar”,  pokok pelajaran ini sangat perlu dipahami karena dengan sifat syukur dan sabar kita akan menjadi orang yang beruntung dalam kehidupan. Nabi kita, Nabi Muhammad saw, pernah menyampaikan hadist yang artinya bahwa “Sungguh mengagumkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah memutuskan baginya suatu keputusan melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika dia tertimpa kesengsaraan, bersabar; dan sabar itu baik baginya, jika beroleh kesenangan, bersyukur; dan bersyukur itu baik baginya.”
Jadi, sungguh ajib dan menakjubkan kehidupan orang yang beriman kepada Allah, jika mereka mendapat rahmat mereka bersyukur dan jika mereka mengalami cobaan dan derita mereka bersabar, dan keduanya itubaik bagi mereka dan menjadikan mereka orang yang beruntung.
“Anak-anak Bapak yang Bapak sayangi, setelah melihat hasil rapor  yang sudah kalian  diterima pada  minggu yang lalu tentu ada di antara kalian yang senang mendapat nilai bagus dan ada juga yang sedih karena nilainya masih kurang.  Maka, anak-anakku dalam menyikapi keadaan bahagia dan sedih itu diperlukan sifat syukur dan sabar. Bagi anak Bapak yang sudah memperoleh nilai baik, ya segera lebih banyak lagi rasa syukurnya kepada Allah agar kebahagian itu akan bertambah-tambah. Sebaliknya yang merasakan sedih dengan nilai  rendah hendaklah bersabar dan tidak putus asa. Orang yang berputus asa termasuk orang yang tidak disukai oleh Allah. Hendaklah bersabar, yaitu tenang dan tidak berkeluh kesah terus berusaha dan berjuang untuk memperoleh hasil yang terbaik. Itulah sabar. Jadi, bukanlah sabar itu tenang saja menunggu tanpa usaha, tetapi terus berusaha dan tetap tenang tanpa keluh kesah. Yang bersyukur baca hamdalah dan bersabar banyak membaca  “inna lillahi wa inna ilaihi rajiuna”.
Sekarang marilah kita mempelajari apa yang akan diberikan Allah kepada orang bersyukur dan apa pula akibatnya jika tidak kita lakukan. Ayo kita buka buku pelajaran agama dan kitab Tafsir Al-Quran untuk memahami hal itu.  Lalu Bapak Nurkam menyuruh kami membuka surah Ibrahim  dan kami membaca ayat yang ke-7 yang artinya, “Dan tatkala Tuhan-mu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah Swt) akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Sedang khusyuk memahami ayat itu, bel berbunyi tanda jam pelajaran telah habis sedangkan pembahasan tentang syukur dan sabar akan dilanjutkan minggu depan. Pak Nurkam menyuruh kami menuliskan ayat itu dalam bentuk tukisan indah bersama dengan artinya sebagai PR. Bagi yang membuat dengan hasil terbaik karyanya akan dijadikan hiasan kelas. Sedangkan yang lainnya akan dikembalikan sebagai kenangan belajar tentang syukur dan sabar bersama Bapak.
Kini  tulisan itu masih tergantung di kamar ku dan setiap ku baca betapa benar  pesan dalam ayat itu. Jika kamu bersyukur, pasti Allah akan menambah nikmat kepadamu. Ya, seperti tulisan itu sendiri adalah hasil bersyukur waktu itu. Aku bisa menulis dan aku mensyukurinya dengan menuliskan ayat itu dan sampai saat ini aku masih menambah pemahaman kecerdasan spritualku dengannya.  Bersyukur dan bersabar adalah dua kecerdasan yang sangat menentukan kesuksesan baik hidup di dunia dan maupun hidup di akhirat yang tidak disangsikan lagi.
Alhamdulillah dan terima kasih guru. Semoga Allah menambah-nambah pahala amalmu. Aamiiin.

Selamat hari guru, semoga Allah menyayangi semua guru. Ya Allah wahai Yang maha Pengampun ampunilah guru-guruku minal muslimina wal muslimat, biramatika ya Rabbal 'alamiin. Aamiiin. 
                        Terima kasihku pada mu ibu bapa guru

Tidak ada komentar: