Details
Written by Ihsan Tandjung
Published: 16 August
2014
”Akan terjadi berbagai fitnah, dimana pada saat itu orang yg
menjauhi fitnah lebih baik
daripada orang yg
berdiri, orang yg berdiri lebih baik daripada orang yg berjalan, orang yg
berjalan lebih baik daripada orang yg melibatkan dirinya dengan fitnah tersebut,
orang yang terlibat dengan fitnah tersebut akan mengalami kehancuran. Siapa yg
menemui tempat berlindung, hendaklah dia berlindung dari fitnah tersebut."
(HR Bukhari, Muslim,
& Ahmad)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menguraikan ringkasan sejarah ummat
Islam sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam diutus hingga
datangnya As-Sa’ah. Uraian tersebut berisi lima babak perjalanan
umat Islam dengan karakter kepemimpinan pada masing-masing babak tersebut.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ
اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّافَيَكُونُ مَا شَاءَ
اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ
اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ
تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Masa (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa
tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa (2) Kekhalifahan mengikuti Minhaj (metode)
Kenabian, selama beberapa masa
hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa (3) Raja-raja yang Menggigitselama beberapa masa, selanjutnya datang masa
(4) Raja-raja/para
penguasa yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang
ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali (5)Kekhalifahan
mengikuti Minhaj (metode) Kenabian. Kemudian Rasul SAW terdiam.” (HR. Ahmad - Shahih)
Babak demi babak telah dilalui umat Islam dan
hari ini kita hidup di babak keempat yaitu era kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak).
Babak ini merupakan babak paling kelam di dalam keseluruhan sejarah umat Islam.
Mengapa? Karena di babak keempat ini kepemimpinan dunia berada di tangan kaum
kafir. Sedangkan di negeri-negeri berpenduduk muslim para pemimpinnya mengekor
kepada kepemimpinan dunia berupa kaum yahudi dan nasrani tersebut sampai masuk
ke dalam lubang biawak (baca: kehancuran). Ini telah di-nubuwwah-kan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sejak limabelas abad
yang lalu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ
وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ
قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan
mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang
biawak sekalipun, niscaya kalian
pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah,
apakah mereka itukaum yahudi dan nasrani?" Beliau menjawab:
"Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR.
Muslim - Shahih)
(Lihat
tulisan berjudul "Masuk Ke Dalam Lubang
Biawak" dan "Sulitnya Keluar Dari Jebakan Lubang Biawak")
Namun demikian, orang beriman tidak merasa
sedih dan menjadi pesimis menyadari realita pahit dunia hari ini.
وَلا تَهِنُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Mukmin tahu dan yakin bahwa masalah kejayaan
dan keruntuhan suatu umat merupakan sunnatullah yang telah digariskan
Allah ta’ala. Ada gilirannya kaum kafir berjaya dan akan ada saatnya kaum kafir
mengalami keruntuhan. Ada gilirannya kaum beriman merasakan derita kekalahan
dan akan tiba saatnya kaum beriman meraih kemuliaan dan kejayaan.
وَتِلْكَ الأيَّامُ
نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (QS. Ali
Imran: 140)
Maka di dalam hadits di atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa sesudah babak paling
kelam ini umat Islam akan berjaya kembali dengan datangnya babak kelima yaitu
tegaknya khilafah ‘ala minhaj
an-nubuwwah (kekhalifahan yang
mengikuti metode kenabian). Tegaknya kekhalifahan tersebut akan ditandai dengan
di-bai’atnya pemimpin kaum beriman yang bergelar Al-Mahdi (laki-laki yang mendapat petunjuk). Al-Mahdi
akan di-baiat di depan Ka’bah di Mekkah. Itulah sebagian dari rangkaian
peristiwa akhir zaman yang sudah di-nubuwwah-kan oleh Nabi Muhammadshallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai berita gembira
untuk orang beriman. Untuk lebih lengkapnya silahkan merujuk kepada berbagai
tulisan dan penjelasan tentang ini.
Terbetik berita pada awal Ramadhan 1435 / akhir Juni 2014 kemarin
ada sebuah kelompok yang asalnya bernama ISIS (Islamic State of Iraq and Sham)
membubarkan diri untuk kemudian mendeklarasikan berdirinya Al-Khilafah Al-Islamiyyah (Kekhalifahan Islam). Untuk selanjutnya mereka
mencukupkan penyebutan dirinya sebagai Daulah Islamiyah atau IS (Islamic
State). Mereka telah
mengangkat pemimpin mereka (mem-bai’at-nya) sebagai Khalifah (pemimpin khilafah). Berita ini telah menggemparkan dunia
Islam. Bagaimanakah sepatutnya kita mensikapi fenomena ini?
Sejatinya setiap orang beriman yang peduli
akan ‘izzul Islam wal-muslimin (kemuliaan Islam dan kaum
muslimin) pantas menyambut dengan gembira kabar tegaknya khilafah bagi seluruh kaum muslimin, sesudah hampir satu abad sistem
bermasyarakat dan bernegara yang dirintis dan dicontohkan Nabi Muhammad
tersebut raib dari realitas ummat Islam. Oleh karena itu, betapapun seorang muslim belum tahu banyak
bagaimana sepak-terjang sebenarnya IS tersebut, namun sudah sepantasnya ia
mendahulukan husnudz-dzon kepada Allah bahwa ini merupakan sebuah perkembangan yang mengandung
kebaikan. Lalu apa selanjutnya?
Di era keterbukaan informasi sudah lazim jika kita mencari tahu informasi tentang
IS ini lewat media internet. Namun kita mesti menyadari bahwa era ini juga merupakan era penuh
fitnah dimana media informasi merupakan salah satu sarana utama penyebarluasan
berbagai informasi menyesatkan atau hoax, di samping informasi yang benar. Jika kita jujur ternyata berbagai berita yang
beredar terkait dengan IS ini sangat beragam bahkan seringkali kontradiktif.
Ada yang isinya mengandung gambaran positif yang membuat kita menjadi penuh
harapan, optimis dan bangga akan kiprah IS. Namun sebaliknya kitapun mendapati
berita-berita negatif yang membuat kita menjadi bertanya-tanya bahkan terkadang
menjadi sulit memahami mengapa kiprah IS sepertinya tidak sesuai dengan aturan
Islam.
Oleh karena itu kita diperintahkan Allah agar
melakukan tabayyun (periksa kembali) atas informasi yang kita
terima. Namun upaya melakukan tabayyun di era penuh fitnah dewasa ini ternyata
tidak semudah yang dikira. Di sana-sini kita dapati
kemungkinan manipulasi data dan informasi yang, disengaja maupun tidak, tetap
akan men-distorsi informasi yang ada.
Di era penuh fitnah dewasa ini, ummat dibuat
bingung dengan berbagai kontradiksi berita tentang situasi di negeri-negeri
yang bergolak baik itu di Irak, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Burma, Srilanka
sebagian Afrika dan Palestina. Dengan perkembangan teknologi informasi, satu
foto yang diambil di belahan bumi manapun dapat disebarkan ke seluruh dunia
dalam waktu singkat. Dan bahkan dapat dimanipulasi dengan memberikan keterangan
seolah foto tersebut diambil di tempat yang berbeda dengan sebenarnya. Foto tentang
suatu peristiwa atau seseorang, dapat dimanipulasi sebagai foto peristiwa lain
atau orang lain hanya dengan sedikit kutak-katik (editting) foto. Demikian pula
hebatnya fitnah dalam bentuk berbagai faham, aliran, golongan, sekte, kelompok.
Tidak jarang satu sama lain saling bermusuhan, yang bahkan banyak di antara
kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok-kelompok sempalan hasil rekayasa
musuh-musuh Islam dengan berkedok sebagai kelompok islam. Fitnah semacam ini
semakin menambah kerumitan kita dalam mencari informasi yang benar. Terutama
upaya tabayyun menjadi semakin sulit di negeri-negeri yang sedang bergolak.
Singkatnya, karena terhalang jarak dan berbagai penghalang lain, kita tak dapat
melakukan tabayyun sebagaimana mestinya.
Mirisnya, segala kontradiksi informasi
tersebut sampai ke derajat mengkhawatirkan. Di satu pihak sangat negatif
sehingga dapat dianggap melanggar syariat Islam bahkan keluar dari Islam, dan
di lain fihak sangat positif sampai kita melihat ketidak wajaran dalam
pembelaan (ghuluw/berlebihan).
Dalam situasi seperti ini, kita perlu arif
dalam bersikap. Hendaknya kita tidak begitu saja ikut-ikutan mendukung maupun
menolak berita tentang kelompok IS ini. Setiap berita sebaiknya kita saring
lagi dengan meneliti sumber-sumbernya, meneliti dalil-dalilnya, meneliti siapa
yang menyebarkannya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin menggunakan
kacamata Islam dalam memberikan penilaian, sebab kita tahu di zaman Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah ada orang Badui
yang mengatakan mereka beriman, namun dibantah Allah. Allah katakan bahwa
mereka belum beriman. Mereka baru sebatas tunduk (Islam) sebab keimanan
belum masuk ke dalam hati mereka. Ini menunjukkan bahwa memang ada orang-orang
yang sudah jelas beriman dengan benar dan kuat (kepada merekalah kita percaya),
ada yang belum kuat, bahkan ada yang munafik. Sumber berita yang berbeda dapat
membuat perbedaan yang besar dalam pengambilan kesimpulan.
Oleh karena sedikitnya informasi akurat yang
dapat dipercaya, sudah sepatutnya kita mengambil sikap tawaqquf (tidak begitu saja membenarkan namun tidak
sepenuhnya menolak).
Hendaknya kita tidak sepenuhnya mendukung
sehingga tanpa sadar kita ikut mendukung nilai-nilai kebatilan yang boleh jadi
tersusupi di dalamnya. Atau hendaknya kita tidak sepenuhnya menolak sehingga
tanpa sadar kita menolak nilai-nilai kebenaran yang ada di dalamnya. Inilah
konsekuensi hidup di era penuh fitnah di Akhir Zaman.
Dalam kondisi seperti ini yang perlu kita
lakukan adalah terus mengamati perkembangan yang terjadi. Di samping itu kita
perlu mendalami tanda-tanda akhir zaman khususnya berkaitan dengan tampilnya
Al-Mahdi. Sebab kita sadar bahwa situasi membingungkan karena perselisihan
pendapat antar sesamamukminin, bahkan sesama muwahhidin dan mujahidin,
justeru menandakan sudah semakin dekatnya kedatangan Al-Mahdi. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ
بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ
الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku kabarkan berita gembira mengenai
Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan
antar-manusia dan gempa-gempa. Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara
merata dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara
merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas jelas sekali disebutkan adanya tiga
prakondisi menjelang tampilnya pemimpin kaum beriman di akhir zaman, yakni
Al-Mahdi. Pertama, perselisihan antar-manusia. Kedua, gempa-gempa dan ketiga, kezaliman telah
merata di segenap penjuru bumi. Bukankah kondisi dunia hari ini telah mencakup
ketiga prakondisi tersebut?
Dan coba perhatikan bagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan husnudzdzon billah (sangka baik kepada Allah) serta optimisme ke dalam diri umatnya
dimana ketiga prakondisi yang pada lahirnya tampak tidak baik justeru ketika Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkannya diawali
dengan kata-kata: “Aku kabarkan berita
gembira…”
Jadi, di balik buruknya perselisihan
antar-manusia, banyaknya gempa dan meratanya kezaliman di muka bumi, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan kita agar
menanamkan keyakinan bahwa semua fenomena tersebut justeru menandakan sudah
dekatnya kedatangan Al-Mahdi. Itu semua justeru menandakan bahwa sangat
boleh jadi saatnya ummat Islam beralih dari babak keempat kepemimpinan para mulkan jabriyyan menuju babak kelima kepemimpinan khalifah Al-Mahdi sudah sangat dekat.
Dalam kondisi seperti ini sangatlah penting
bagi kaum muslimin untuk meyakini bahwa yang samasekali tidak boleh diragukan
ialah berbai’at kepada Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum beriman tersebut sudah
jelas kehadirannya.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى
الثَّلْجِ
“Ketika kalian melihatnya (Al-Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannyawalaupun harus merangkak-rangkak di atas
salju.” (HR. Ibnu Majah)
Oleh karenanya pada masa sekarang inilah kita
wajib mengumpulkan sebanyak mungkin ilmu dan pegetahuan mengenai ciri-ciri
tampilnya Al-Mahdi sesuai arahan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan lupa, musuh-musuh Islam juga
mempelajari hadits-hadits terkait akhir zaman, termasuk soal figur Al-Mahdi.
Maka sangat mungkin bahwa mereka telah menyiapkan Al-Mahdi palsu versi mereka
untuk menyesatkan kaum muslimin.
Sadarilah bahwa pembaiatan Al-Mahdi akan
berlangsung di depan Ka’bah. Pembai’atannya terjadi ketika matinya seorang
khalifah atau seorang pemimpin. Gelombang pertama yang membai’atnya terdiri
dari sejumlah orang yang mirip dengan jumlah pasukan perang Badar yaitu sekitar
313 orang saja. Pembai’atannya dilakukan dengan paksaan karena Al-Mahdi sendiri
sebenarnya menolak untuk dibai’at. Sesudah itu akan ada seorang penguasa zalim
dari Syam mengutus pasukan untuk memerangi Al-Mahdi dan orang-orang yang
berbai’at kepadanya. Tetapi taqdir Allah mendahului mereka, pasukan tersebut
dibenamkan Allah ke dalam bumi di sebuah padang pasir terbuka antara Madinah
dan Mekkah. Begitu kabar pembenaman pasukan itu tersiar ke seluruh dunia,
maka berdatanganlah gelombang kedua kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia
untuk membai’at Al-Mahdi di depan Ka’bah. Dan secara khusus Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan di antara
mereka ialah orang-orang terbaik dari Syam dan Iraq.
يَكُونُ اخْتِلَافٌ
عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا
إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ
كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ
بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ
وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ
وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ
ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ
بَعْثًا فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ
لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِي النَّاسِ
بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُلْقِي الْإِسْلَامُ
بِجِرَانِهِ فِي الْأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّي
عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan terjadi perselisihan saat
matinya khalifah, lalu seorang laki-laki (Al-Mahdi) akan keluar dari Madinah
pergi menuju Makkah. Lantas beberapa orang dari penduduk Makkah mendatanginya.
Mereka memaksanya keluar (dari dalam rumah) meskipun ia tidak menginginkannya.
Orang-orang itu kemudian membaiatnya pada suatu tempat antara Rukun (Hajar
Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Lalu dikirimlah sepasukan dari penduduk Syam untuk
memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan (Allah) di Al-Baida,
tempat antara Makkah dan Madinah. Maka ketika manusia melihat hal itu, maka orang-orang shalih dari
Syam dan orang-orang terbaik dari penduduk Irak membaiatnya antara rukun dan
Maqam.. Lalu tampillah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy, paman-pamannya
dari suku Kalb. Ia lalu mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka (orang-orang
yang berbaiat kepada Al-Mahdi) namun (Al-Mahdi dan pasukannya) dapat
mengalahkan mereka. Alangkah ruginya orang yang tidak ikut
serta dalam pembagian ghanimah perang suku Kalb. Ia (Al-Mahdi) lalu membagi
ghanimah, dan ber’amal di tengah manusia dengan sunnah
NabiMuhammad shallallahu
'alaihi wasallam dan menyampaikan Islam ke seluruh penduduk
bumi. Ia berkuasa selama tujuh tahun, kemudian wafat dan kaum muslimin menyolatkannya." (HR. Abu
Dawud – Sanadnya Hasan)
Ketika Al-Mahdi telah dibai’at oleh gelombang
kedua, maka Al-Mahdi segera memiliki pasukan bersenjata yang selanjutnya
mengalahkan suatu pasukan yang dipimpin seorang Quraisy. Pemimpin Quraisy itu didukung
oleh paman-pamannya dari suku Kalb yang kaya. Sesudah itu Al-Mahdi akan
membebaskan negeri demi negeri.
Al-Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Al-Mahdi akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Rabb dan Raja tunggal langit dan bumi. Al-Mahdi akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimah thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung dunia paling timur hingga ujung paling barat. Al-Mahdi akan memimpin umat Islam di akhir zaman untuk berpindah dari babak keempat kepemimpinan Mulkan Jabriyyan kepada babak kelima Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah. Al-Mahdi dengan izin Allah akan mengisi bumi dengan keadilan sesudah bumi dipenuhi dengan kezaliman.
Al-Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Al-Mahdi akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Rabb dan Raja tunggal langit dan bumi. Al-Mahdi akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimah thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung dunia paling timur hingga ujung paling barat. Al-Mahdi akan memimpin umat Islam di akhir zaman untuk berpindah dari babak keempat kepemimpinan Mulkan Jabriyyan kepada babak kelima Khilafah ‘ala Minhaj An-Nubuwwah. Al-Mahdi dengan izin Allah akan mengisi bumi dengan keadilan sesudah bumi dipenuhi dengan kezaliman.
فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ
قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Maka Al-Mahdi akan memenuhi bumi secara
merata dengan keadilan dankejujuran sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi secara
merata dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad – para perawinya tsiqat)
Kembali berbicara mengenai IS, di dalam teks
deklarasi tegaknya Khilafah Islamiyyah sekaligus pembubaran ISIS, juru bicara
IS menyampaikan kalimat sebagai berikut:
“Maka hendaklah kalian menjaga amanah yang
berat ini, dan pikullah panji ini dengan segenap kekuatan, siramilah dengan
darah kalian dan angkatlah di atas serpihan-serpihan badan kalian, dan matilah
di bawahnya, sampai kalian menyerahkannya in Syaa Allah kepada Isa Ibnu Maryam
‘alaihissalam.”
Kalimat diatas menunjukkan sebuah harapan
penuh optimisme bahwa IS merupakan khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian).
Namun di balik optimisme itu ada pertanyaan penting yang perlu dijawab: Dimanakah Al-Mahdi?
Mengapa sebuah deklarasi tegaknya khilafah yang
begitu penting di akhir zaman tidak menyebut Al-Mahdi sedikitpun? Jika sosok Isa ibnu Maryam ‘alaihis-salam disebut-sebut, lalu mengapa sosok Al-Mahdi
tidak disebut? Bukankah pasukan bendera hitam merupakan pembuka jalan bagi
munculnya pemimpin kaum beriman di akhir zaman, yaitu Al-Mahdi? Bila dalam
waktu dekat peristiwa pembai’atan Al-Mahdi berlangsung di depan Ka’bah,
bagaimanakah gerangan IS akan menyikapinya? Semoga, kita berharap kepada Allah
ta’ala, IS akan segera menyerahkan panjinya kepada Al-Mahdi. Sebab demikianlah
yang kami fahami selama ini, bahwa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti metode kenabian)
di akhir zaman pasti akan dipimpin oleh Al-Mahdi.
Dalam
kondisi seperti ini sangatlah penting bagi
kaum muslimin untuk meyakini bahwa yang samasekali tidak boleh diragukan ialah
berbai’at kepada Al-Mahdi pada saat pemimpin kaum beriman tersebut sudah jelas
kehadirannya. Dan dalam rangka mengantisipasi hal itu,
maka sejak sekarang setiap orang beriman haruslah memastikan kelayakan dirinya
untuk diizinkan Allah berbai’at dengan Al-Mahdi dan bergabung ke dalam thaifah
manshurah(pasukan
yang selalu ditolong Allah). Jika diri kita di mata Allah dipandangcompatible (layak) menjadi bagian dari pasukan Al-Mahdi
niscaya Allah akan mudahkan kita bergabung bersamanya. Namun demikian pula
sebaliknya.
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا
تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
Sesungguhnya
Rasulullah bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka
mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang
saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR. Muslim -
Shahih)
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar