Elegi yang sedikit banyak menunjukkan tauhid
yaitu: Pandangan Dunia Ilahiah, sekaligus membandingkannya dengan rivalnya,
yaitu: Pandangan Dunia Materialisme.
Elegi tersebut dapat ditangkap maknanya yang menunjukkan betapa besarnya Kebesaran dan Kekuasaan Allah kepada hamba-hamba-Nya, makhluk-makhluk material ini. sedikit banyak elegi tersebut dapat menjadi arah dan sedikit petunjuk menuju keimanan bagi yang mampu menangkap maksudnya, Berikut elegi tersebut:
Kehendak-Ku (Allah) terwujud dengan penciptaan-Ku akan makhluk-makhluk-Ku.
Elegi tersebut dapat ditangkap maknanya yang menunjukkan betapa besarnya Kebesaran dan Kekuasaan Allah kepada hamba-hamba-Nya, makhluk-makhluk material ini. sedikit banyak elegi tersebut dapat menjadi arah dan sedikit petunjuk menuju keimanan bagi yang mampu menangkap maksudnya, Berikut elegi tersebut:
Kehendak-Ku (Allah) terwujud dengan penciptaan-Ku akan makhluk-makhluk-Ku.
Kehendak adalah satu
di antara ketakterhinggaan sifat-Ku.
Tapi merupakan sifat-Ku yang paling tidak dominan.
Sifat-Ku yang dominan dan mendasari semua sifat-sifat-Ku adalah
kebesaran-Ku yang meliputi segalanya dan ketakterbatasan-Ku.
Kebesaran-Ku dan ketakterbatasan-Ku adalah dasar manifestasi
semua sifat-sifat-Ku.
Oleh karenanya zat-Ku meliputi seluruh semesta ruang dan keberadaan, sehingga sebenarnya tidak ada itu kekosongan.
Pada hakikatnya terdapat zat-Ku dimanapun dan berada di manapun
termasuk di ‘ruang’ yang dalam pandangan indera dan pikiran manusia adalah
ruang kosong.
Oleh karena itu sebenarnya tidak ada itu ruang kosong.
Hanya saja dalam dunia materi ini, Aku menggaibkan zat-Ku
dihadapan indera, perasaan dan pikiran makhluk-Ku.
Apabila Aku berkehendak zat-Ku untuk gaib maka kehendak manusia
untuk mengindera-Ku jelas tak akan mampu terlaksana.
Ibarat orang yang main petak umpet.
Orang tidak tampak oleh si pencari karena bersembunyi.
Aku sengaja bersembunyi karena memang Ku-kehendaki diri-Ku tidak
terlihat oleh si pencari. Bagaimana jika Aku yang berkehendak untuk bersembunyi
(tak terlihat)?,
Maka kehendak-Ku untuk menggaibkan zat-Ku dari indera dan
pikiran manusia berada di atas kehendak, pikiran dan segala usaha manusia untuk
melihat zat-Ku.
Karena Aku mengetahui apa isi, perasaan, pikiran, dan kehendak
manusia sebelum kehendak manusia itu menyadari-Ku.
Ibarat kecepatan cahaya pun bagaikan kecepatan yang paling
lambat bahkan berhenti, tak memiliki kecepatan dihadapan-Ku.
Cahaya tak mampu menyentuh-Ku.
Ibarat orang berenang yang berpindah di air, air mengalir ke
tempat yang telah ditinggalkan oleh orang yang berpindah itu, dan tempat yang
dulu ditempati air sekarang ditempati oleh orang itu.
Tapi orang yang berenang itu masih sedikit dapat merasakan air
melalui gesekan aliran air dengan tubuhnya.
Air selalu beradaptasi menyesuaikan dengan bentuk sekitarnya.
Tapi udara bisa lebih lembut lagi, udara lebih tidak terasa oleh
manusia yang berada di dalamnya.
Tapi bagaimana jika zat-Ku yang menyelimuti segala yang
terindera manusia ini?
Jelas tidak akan mampu
dirasakan bahkan tidak hanya oleh indera peraba manusia tapi juga oleh pikiran
dan kehendak manusia.
Tapi bahkan tidak seperti itu, Aku lebih dari itu.
Aku tidak seperti udara ataupun air yang memerlukan berpindah.
Tidak mungkin Aku memerlukan berpindah, zat-Ku maha kuasa.
Berarti hamba-hamba-Ku, kalianlah yang semu.
Jika kalian berpindah
maka kuasa-Ku yang membentukmu di suatu tempat Aku hentikan, dan Aku tampakkan
kuasa-Ku untuk menegakkan kalian di tempat lain dimana kalian berpindah.
Tapi bahkan lebih dari itu, segala bentuk dan makhluk ciptaan serta kehidupannya di alam material atau inderawi ini pada hakikatnya adalah ilusi-Ku.
Tapi bahkan lebih dari itu, segala bentuk dan makhluk ciptaan serta kehidupannya di alam material atau inderawi ini pada hakikatnya adalah ilusi-Ku.
Yang ter-Gaib menurut indera hamba-hamba-Ku sebenarnya justru
diri-Ku,
Sang Hyang Nyata.
Sang Hyang Nyata.
Sedangkan yang tampak antar indera kalian sendiri sebenarnya
adalah justru yang tidak nyata.
Manusia yang mempunyai iman kepada-Ku mampu menyadari keberadaan-Ku walaupun tidak terjangkau oleh indera, perasaan dan pikirannya.
Manusia yang mempunyai iman kepada-Ku mampu menyadari keberadaan-Ku walaupun tidak terjangkau oleh indera, perasaan dan pikirannya.
Sementara yang ingkar kepada-Ku tidak akan percaya segala
sesuatu yang tidak terdeteksi oleh indera, perasaan, dan pikirannya.
Sumber: http://forum.republika.co.id/showthread.php?2467-Hadis-Rasulullah-Tentang-Ilmu
diunduh 2-3-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar