Pandangan
terhadap Hakikat Hidup dalam Cerita Kaba
Pada umumnya, dalam sepuluh kaba yang saya diteliti
hidup diyakini sebagai takdir Allah SWT dan dalam menjalani hidup tokoh-tokoh
cerita beriman, bertakwa, berusaha, berjuang, dan berdoa untuk mendapatkan hidup yang lebih
baik. Adanya keimanan yang kuat pada
tokoh kaba kepada Allah SWT menunjukkan
bahwa dalam perjalan hidup tokoh cerita telah mendapat ajaran tentang konsep hidup dalam Islam.
Karena itu tentu kondisi yang demikian relevan sekali dengan adagium adat
Minangkabau yang telah dicetuskan sejak tahun 1837M, yaitu “adat bersandi(basis) syarak dan syarak
bersandi kitabullah” yang telah menjadi pilihan filosofi hidup
masyarakat Minangkabau yang sudah hampir berlangsung dua abad. Dengan demikian,
nilai keimanan yang disimpan dalam kaba seolah-olah merupakan refleksi nyata
dari realitas kehidupan masyarakat pendukung kaba yang disinyalir telah menerapkan
adagium itu.
Berhubung dengan hakikat hidup itu dalam
Al-Quran, Allah berfirman dalam surah Al-Mulk (Kerajaan) ayat 1-2 yang artinya
“Maha suci Allah yang ditangan-Nya-lah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati
dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun”. Dengan demikian hakikat
hidup dalam kaba relevan dengan pandangan hidup dalam Al-Quran bahwa hidup
manusia baik di dunia maupun diakhirat nanti bukanlah atas kehendak diri sendiri melainkan kehendak Allah yang
tujuannya adalah untuk beramal ikhlas kepada-Nya. Dengan keyakinan yang dipandu
oleh kitab suci Al-Quran itu maka tokoh-tokoh cerita kaba ditemukan melakukan
kegiatan beribadah, berdoa, berusaha, dan berjuang bagi Allah sebagai
pengabdian hidup dan meningkatkan kualitas hidup kearah yang lebih baik. Kenyataan isi cerita kaba tentang hidup memiliki nilai-nilai budaya ketaqwaan kepada Allah SWT dan dalam hidup
tokoh merepresentasikan sebagai pengejawantahan ajaran adat dan agama.
Selanjutnya, berhubung dengan hakikat hidup itu mesti berjuang dan
berusaha maka dalam cerita kaba digambarkan tokoh-tokoh cerita yang mengutamakan
menuntut ilmu dalam hidup dan ditemukan bagian cerita yang menuturkan usaha tokoh cerita mengajar dan belajar ilmu. Nilai perlunya menuntut ilmu berhubungan dengan
aktivitas berusaha untuk hidup yang tidak akan
efesien tanpa ilmu. Lebih mendasar ajaran agama Islam mengajarkan supaya pemeluknya menuntut ilmu sepanjang hayat sebagai bagian dari ibadah yang utama.
Salah satu buah adanya ilmu
dalam hidup maka tokoh cerita menjadi tokoh-tokoh yang bertindak (berusaha) dengan giat dan cepat dalam menghadapi
dan menyelesaikan persoalan hidup, seperti Mambang Sutan dalam Kaba Tapian Larangan dan Rajo
Babandiang dalam Kaba Sabai nan Aluih. Keduanya berusaha dan berjuang dengan giat untuk keluar dari masalah yang
dihadapinya. Dalam hal itu tokoh Mambang Sutan yang penuh perhitungan dan bermusyawarah
selamat sedangkan tokoh Rajo Babandiang yang tidak bermusyawarah dan lebih menguatkan pertimbangan dan kemauan sendiri mendapat
bahaya. Jadi, cerita kaba mengukuhkan nilai bermu-syawarah sangat diperlukan terutama kepada pihak yang
mengambil keputusan untuk kepentingan orang banyak. Kaba mengehendaki seluruh pihak yang berhubungan dengan pihak
yang bermasalah seperti, mamak, orang tua, dan saudara untuk mencari dan mendapatkan solusi
yang tepat melalui musyawarah.
Kaba beramanat bahwa hidup yang ideal adalah hidup yang
beriman, berilmu, berusaha, dan bermanfaat bagi orang lain. Hidup yang tercela
adalah hidup dengan senang-senang dan tidak bermanfaat dan bahkan menyusahkan
orang lain. Untuk dapat menjalani hidup yang bermanfaat kaba menuntut tokoh cerita dengan
prinsip-prinsip hidup yang bersumber ajaran agama Islam dan ajaran adat yang
simbolkan dalam petatah-petitih Minangkabau.
Catatan:
Uraian lebih lengkap dapat dibaca dalam buku berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar