Menerima Rapor & Kecerdasan
Spritual
Oleh:
Abdurahman
Terkenang nostalgia pada akhir semester satu di SMP, waktu
itu kami akan menerima buku rapor. Untuk itu, kami menerima undangan dari
sekolah untuk orang tua. Orang tua atau
wali murid harus datang mengambil laporan hasil belajar anaknya. Kedatangan
orang tua dikatakan wali kelas sebagai usaha sekolah mempertemukan orang tua
murid dengan wali kelas yang menjadi penanggung jawab perkembangan pembelajaran
anak murid di sekolah. Orang tua akan dapat menerima langsung nilai anaknya dan
jika ada yang ganjil dan bermasalah dapat dikonsultasikan dengan guru wali
kelas atau kepala sekolah. Sementara itu, wali kelas juga dapat bertanya
langsung kepada orang tua murid tentang perkembangan dan cara belajar anak murid
di rumah.
Pada waktu
itu orang tuaku yang pergi memenuhi undangan sekolah adalah Abak (bapak). Semula
aku menginginkan Ibu yang pergi atau
tetapi ibu tidak bisa pergi, dengan alasan, “Adikmu siapa yang mengasuh.”.
Waktu itu aku telah mempunyai adik perempuan dua orang dan satu adik laki-laki
masih menyusu pada ibu. Dengan alasan itu Ibu memohon pada Abak supaya ibu
tidak ikut ke sekolah mengambil raporku.
Aku dan Abak pagi-pagi sudah berangkat menuju
sekolah yang jaraknya dari rumah lebih kurang tiga kilometer. Kami berjalan
kaki ke sekolah karena di daerah ku waktu itu belum ada kendaraan umum dan
sekira setengah jam kami sudah sampai di sekolah. Pagi itu sebelum rapor
dibagikan, sekitar jam 7.30 WIB acara pengumuman juara-juara kelas dilaksanakan
di halaman sekolah.
Guru-guru
mengambil posisi di depan halaman sekolah, murid-murid di bagian belakang
berbaris berbanjar menghadap ke depan seperti susunan upacara bendera. Kepala
sekolah memberikan pengarahan di bagian agak ke tengah. Selesai kepala sekolah memberikan pengarahan,
wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengambil
kendali acara. Pengumuman jago-jago kelas akan dimulai dan aku harap-harap cemas
mungkinkah aku juara kelas?
Tahap
pertama, wakasek mengumumkan juara umum sekolah satu sampai tiga. Budi anak ibu
guru PKK memperoleh juara satu dengan nilai tertinggi, kemudian disusul oleh Nurla
memperoleh juara dua, dan juara ketiga diperoleh Epita yang rumahnya tidak jauh
dari sekolah. Mereka dan orang tuanya dimohon maju ke depan bersama. Kepada murid yang juara umum itu diberikan piala dan
hadiah dalam bungkusan dari kertas minyak dan aku sendiri tidak tahu apa isinya
dan kuperhatikan tangan Budi agak berat membawanya. Sedangkan kepada orang tua
mereka diserahkan buku rapor. Mereka dan
orang tuanya sangat gembira dan haru
lalu mereka mendapat ucapan selamat dari kepala sekolah. Tidak lupa mereka menyalami
bapak ibu guru yang berderet di depan.
Selesai
pengumuman juara umum, pembacaan diteruskan dengan juara-juara kelas. Pemanggilan nama sang juara kelas dimulai dari
kelas 3 kemudian kelas dua dan kelas
satu. Setiap murid yang menjadi juara
kelas maju ke depan bersama orang tuanya. Mereka diberi hadiah dan orang tuanya
menerima rapor dari wali kelas. Aku termasuk orang yang berbabahagia karena
memperoleh rangking ke-2 di kelas, aku
juara II. Aku dan Abak maju ke depan.
Aku mendapat hadiah yang setelah kubuka ternyata isinya satu lusin
buku tulis dan setengah lusin pulpen.
Abakku menerima rapor dari wali kelasku, Ibu As, yang juga guru
matematikaku. Bu As mengucapkan selamat padaku dan Abak. Kemudian Bu As mengatakan pesan agar aku
meningkatkan pretasi lagi di semester dua.
Aku mengangguk sambil mengucap insyalah dan menjabat tangan wali kelasku
itu.
Aku beruntung
sekali rasanya dapat hadiah dan beruntung membawa Abak karena ia maju ke depan
untuk mengambil raporku. Selama di SD Abak belum pernah mengambil raporku dan
selalu ibu berkesempatan karena SD ku dekat dari rumah. Rasanya momen itu adalah sebuah hadiah yang terbaik bagi Abak, ayahku. Sekilas
ku pandangi wajah Beliau di sana terlihat pancaran rasa bahagia yang dihiasi
dengan senyum sumringah. Amdulilah, betapa bahagianya melihat orang tua bahagia
dan itu makin menguatkan tekadku untuk belajar lebih baik lagi.
Abak
memberikan rapor padaku dan aku membuka dengan perlahan. Lalu ku teliti
nilai-nilaiku. Aku dapati ada tiga angka sembilan, pelajaran agama, matematika,
dan bahasa Indonesiaku mendapat nilai sembilan. Selain itu aku mendapat nilai
delapan kecuali nilai kesenianku yang hanya tujuh. Aku pikir itu memang wajar karena sejak di SD aku
tidak pintar bernyanyi apalagi membaca not lagu. Aku bersyukur pada Allah yang telah mengangkat derajatku
dengan nilai yang lumayan dan aku berusaha mensyukurinya dengan belajar yang
lebih baik.
Setelah libur
satu minggu pada hari Senin kami telah kembali belajar di sekolah. Seperti
biasa kegiatan jam pertama diawali upacara bendera. Pelaksana upacara bendera kali ini adalah
kelasku dan aku medapat tugas sebagai pembaca teks Pancasila. Upacara berjalan khidmat dan suasana sekolah tenang dan anak-anak kelihatan berwajah ceria mengisi semester
baru.
Usai
kegiatan upacara bendera kami masuk
kelas masing-masing dengan barisan yang
teratur. Pagi itu kami belajar mata pelajaran agama. Guru
kami seorang pria paruh baya yang pagi
itu kelihatan sangat simpatik dan rapi.
Bapak yang cukup tinggi ini menyapa kami dengan ucapan “Assalamulaikum”
dan kami menjawab “Waalaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh”. Bapak Nurkam memang tidak asing lagi bagi
kami karena beliau dengan lemah lembut sudah mendidik kami sejak semester
satu. Kepada Bapak Nurkam semua
murid sangat hormat dan tidak ada yang mau usil meskipun Bapak Nurkam tidak pernah
marah.
Pelajaran
agama dimulai, topik pelajaran ditulis di papan tulis dengan huruf kapital
“BERSYUKUR DAN BERSABAR”.
“Anak-anakku
semuanya, pagi ini pokok pelajaran kita adalah bersyukur dan bersabar”, pokok pelajaran ini sangat perlu dipahami
karena dengan sifat syukur dan sabar kita akan menjadi orang yang beruntung
dalam kehidupan. Nabi kita, Nabi Muhammad saw, pernah menyampaikan hadist yang
artinya bahwa “Sungguh
mengagumkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah memutuskan baginya
suatu keputusan melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika dia tertimpa
kesengsaraan, bersabar; dan sabar itu baik baginya, jika beroleh kesenangan,
bersyukur; dan bersyukur itu baik baginya.”
Jadi, sungguh
ajib dan menakjubkan kehidupan orang yang beriman kepada Allah, jika mereka
mendapat rahmat mereka bersyukur dan jika mereka mengalami cobaan dan derita
mereka bersabar, dan keduanya itubaik bagi mereka dan menjadikan mereka orang
yang beruntung.
“Anak-anak Bapak
yang Bapak sayangi, setelah melihat hasil rapor
yang sudah kalian diterima pada minggu yang lalu tentu ada di antara kalian
yang senang mendapat nilai bagus dan ada juga yang sedih karena nilainya masih
kurang. Maka, anak-anakku dalam
menyikapi keadaan bahagia dan sedih itu diperlukan sifat syukur dan sabar. Bagi
anak Bapak yang sudah memperoleh nilai baik, ya segera lebih banyak lagi rasa
syukurnya kepada Allah agar kebahagian itu akan bertambah-tambah. Sebaliknya
yang merasakan sedih dengan nilai rendah
hendaklah bersabar dan tidak putus asa. Orang yang berputus asa termasuk orang yang
tidak disukai oleh Allah. Hendaklah bersabar, yaitu tenang dan tidak berkeluh
kesah terus berusaha dan berjuang untuk memperoleh hasil yang terbaik. Itulah
sabar. Jadi, bukanlah sabar itu tenang saja menunggu tanpa usaha, tetapi terus
berusaha dan tetap tenang tanpa keluh kesah. Yang bersyukur baca hamdalah dan
bersabar banyak membaca “inna lillahi wa
inna ilaihi rajiuna”.
Sekarang
marilah kita mempelajari apa yang akan diberikan Allah kepada orang bersyukur
dan apa pula akibatnya jika tidak kita lakukan. Ayo kita buka buku pelajaran
agama dan kitab Tafsir Al-Quran untuk memahami hal itu. Lalu Bapak Nurkam menyuruh kami membuka surah
Ibrahim dan kami membaca ayat yang ke-7
yang artinya, “Dan tatkala Tuhan-mu memaklumkan,
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah Swt) akan menambah nikmat
kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih.”
Sedang
khusyuk memahami ayat itu, bel berbunyi tanda jam pelajaran telah habis
sedangkan pembahasan tentang syukur dan sabar akan dilanjutkan minggu depan.
Pak Nurkam menyuruh kami menuliskan ayat itu dalam bentuk tukisan indah bersama
dengan artinya sebagai PR. Bagi yang membuat dengan hasil terbaik karyanya akan
dijadikan hiasan kelas. Sedangkan yang lainnya akan dikembalikan sebagai
kenangan belajar tentang syukur dan sabar bersama Bapak.
Kini tulisan itu masih tergantung di kamar ku dan
setiap ku baca betapa benar pesan dalam
ayat itu. Jika kamu bersyukur, pasti Allah akan menambah nikmat kepadamu. Ya,
seperti tulisan itu sendiri adalah hasil bersyukur waktu itu. Aku bisa menulis
dan aku mensyukurinya dengan menuliskan ayat itu dan sampai saat ini aku masih
menambah pemahaman kecerdasan spritualku dengannya. Bersyukur dan bersabar adalah dua kecerdasan
yang sangat menentukan kesuksesan baik hidup di dunia dan maupun hidup di
akhirat yang tidak disangsikan lagi.
Alhamdulillah
dan terima kasih guru. Semoga Allah menambah-nambah pahala amalmu. Aamiiin.
Selamat hari guru, semoga Allah menyayangi semua guru. Ya Allah wahai Yang maha Pengampun ampunilah guru-guruku minal muslimina wal muslimat, biramatika ya Rabbal 'alamiin. Aamiiin.
Terima kasihku pada mu ibu bapa guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar